Wednesday, August 30, 2023

Pecking Order Theory

 


Teori ini menunjukkan kecenderungan perusahaan memilih
pembiayaan berdasarkan hirarki sumber dana yang paling disukai. Hal ini
dikarenakan adanya informasi asimetrik (asymmetric information) yang
menunjukkan bahwa manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak
(tentang prospek, risiko dan nilai perusahaan) daripada pemodal publik.
Manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak dari pemodal karena
merekalah yang mengambil keputusan keputusan keuangan, menyusun
berbagai rencana perusahaan, dan sebagainya. Kondisi ini dapat dilihat dari
reaksi harga saham pada waktu manajemen mengumumkan sesuatu (seperti
peningkatan pembayaran dividen). Asimetrik informasi, biaya transaksi, dan
biaya emisi merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pendanaan sehingga
cenderung mendorong perilaku pecking order theory Husnan (2006).
Para manajer akan menerbitkan sekuritas sesuai dengan urutan risiko
yang paling kecil sesuai pecking order theory, dengan maksud untuk
mengurangi berbagai biaya yang timbul dari pemilihan dana antara hutang
atau ekuitas. Sesuai dengan teori ini maka investasi yang akan dibiayai dengan
dana internal terlebih dulu (yaitu laba yang ditahan) kemudian baru diikuti
oleh penerbitan hutang baru dan akhirnya dengan penerbitan ekuitas baru.
Penggunaan dana internal tidak mengharuskan perusahaan mengungkapkan
informasi baru kepada pemodal sehingga dapat menurunkan harga saham.
Secara ringkas pecking order theory tersebut menyatakan sebagai
berikut Brealy dan Myers dalam Husnan (2006) :
1. Perusahaan menyukai Internal Financing (pendanaan dari hasil operasi).
2. Perusahaan mencoba menyesuaikan rasio pembagian dividen yang
ditargetkan dengan berusaha menghindari perubahan pembayaran dividen
secara drastis.
3. Kebijakan dividen yang relatif segan untuk diubah, disertai untuk fluktuasi
profitabilitas dan kesempatan investasi yang tidak bisa diduga,
mengakibatkan bahwa dana hasil operasi kadang-kadang melebihi
kebutuhan dana untuk investasi meskipun dalam kesempatan lain mungkin
kurang.
4. Apabila pendanaan dari luar (External Financing) diperlukan, maka
perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu,
yaitu dimulai dengan menerbitkan obligasi terlebih dahulu, kemudian
diikuti dengan sekuritas yang berkarakteritik opsi (seperti obligasi
konversi), baru kemudian bila masih belum mencukupi saham baru
diterbitkan.
5. Dalam teori pecking order, tidak ada satu target debt to equity ratio karena
ada dua jenis modal sendiri yang preferensinya berbeda, yaitu internal
(laba ditahan) dan eksternal (penerbitan saham). Modal sendiri yang
berasal dari dalam perusahaan (internal) lebih disukai daripada modal
sendiri yang berasal dari luar perusahaan (eksternal).
Ada dua alasan mengapa pendanaan eksternal dalam bentuk hutang
lebih disukai daripada modal sendiri yang berasal dari luar perusahaan
(eksternal). Yang pertama adalah pertimbangan biaya emisi. Biaya emisi
obligasi lebih murah dari biaya emisi saham baru. Yang kedua, manajer
khawatir kalau penerbitan saham baru akan ditafsirkan sebagai kabar buruk
oleh para pemodal dan membuat harga saham akan turun. Ataupun sinyal
berupa penerbitan saham baru ditafsirkan harga saham sudah terlalu tinggi
sehingga akan terjadi underpricing pada saham baru yang diterbitkan
perusahaan. Hal ini disebabkan antara lain oleh kemungkinan adanya asimetrik
informasi antara pihak manajer dengan pihak modal.

No comments:

Post a Comment