Wednesday, August 30, 2023

Kebijakan Utang

 


Kebijakan utang merupakan keputusan yang sangat penting dalam perusahaan.
Dimana kebijakan utang merupakan salah satu bagian dari kebijakan pendanaan
perusahaan. Kebijakan utang adalah kebijakan yang diambil oleh pihak
manajemen dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan bagi perusahaan
sehingga dapat digunakan untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan.
Selain itu kebijakan hutang perusahaan juga berfungsi sebagai mekanisme
monitoring terhadap tindakan manajer yang dilakukan dalam pengelolaan
perusahaan. Keputusan pembiayaan atau pendanaan perusahaan akan dapat
mempengaruhi struktur modal perusahaan. Sumber pendanaan dapat diperoleh
dari modal internal dan modal eksternal. Modal internal berasal dari laba ditahan,
sedangkan modal eksternal adalah dana yang berasal dari para kreditur dan
pemilik, peserta atau pengambil bagian didalam perusahaan. Modal yang berasal
dari kreditur adalah merupakan utang perusahaan. Modal ini sering disebut
dengan pembelanjaan asing/hutang ( Riyanto, 1997).
Keputusan pembiayaan melalui utang mempunyai batasan sampai
seberapa besar dana dapat digali. Biasanya ada standar rasio tertentu untuk
menentukan rasio utang tertentu yang tidak boleh dilampaui. Jika rasio utang
melewati standar ini, maka biaya akan meningkat dengan cepat, dan hal tersebut
akan mempengaruhi stuktur modal perusahaan. Salah satu rasio tersebut yaitu
LDE ( Long Term Debt Ratio) yang menunjukkan sejauh mana utang dapat
ditutupi oleh modal perusahaan atau berapa porsi utang dibanding dengan modal
perusahaan, supaya aman porsi utang harus lebih kecil dari modal. Perusahaan
yang menggunakan semakin banyak utang maka akan meningkatkan beban bunga
dan pokok pinjaman yang harus dibayar. Hal ini memperbesar kemungkinan
perusahaan menghadapi default, yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban
pembayaran utang pada waktunya akibat kewajiban yang semakin besar.
Dari sudut pasar pemegang utang jangka panjang, risiko utang lebih kecil
dibanding saham biasa atau saham preferen. Meskipun begitu, utang dianggap
memiliki keunggulan terbatas dipandang dari segi laba, dan dianggap lemah
dipandang dari segi pengendalian. Hal ini dapat dijelaskan oleh Weston dan
Copeland dalam Pitaloka (2009), sebagai berikut:
a) Dari segi risiko, utang dipandang lebih menguntungkan
dibanding saham biasa atau saham preferen karena utang memberi
prioritas dalam hal pendapatan dan juga dalam hal likuidasi. Hutang juga
memiliki masa jatuh tempo yang pasti dan dilindungi oleh akad
(covenants) dalam indenture
b) Dari segi laba, para pemegang obligasi memiliki hasil
pengembalian tetap, kecuali dalam kasus obligasi pendapatan (income
bonds) atau surat utang dengan suku bunga mengambang. Pembayaran
bunga tidak tergantung pada tingkat laba perusahaan atau suku bunga
pasar yang sedang berlaku. Meskipun demikian, utang tidak pernah dapat
ikut menikmati laba perusahaan yaitu saat perusahaan bisa berhasil
menarik laba yang maksimal. Sering kali utang jangka panjang bisa
dibatalkan sebelum waktunya. Jika hal ini terjadi, misalnya obligasi
ditarik melalui opsi tarik, investor akan menerima kembali uangnya, yang
harus ditanam kembali agar dana tersebut tidak mati.
c) Dari segi pengendalian, pemegang obligasi biasanya tidak
memiliki hak suara. Meskipun begitu, jika sampai obligasi dinyatakan tak
dapat dibayar, pemegang obligasi dapat mengambil alih kendali
perusahaan.
Dari sudut pandang emiten utang jangka panjang (peminjam utang) ada beberapa
keunggulan dan kelemahan dalam obligasi. Keunggulan dan kelemahan dari utang
jangka panjang menurut Weston dan Copeland (1997) dalam Pitaloka (2009),
sebagai berikut:
Keunggulan:
a) Biaya utang terbatas. Pemegang obligasi tidak ikut menikmati laba.
b) Tidak hanya biaya saja yang terbatas, tetapi juga hasil pengembalian
yang diharapkan biasanya lebih rendah dibanding saham biasa.
c) Jika digunakan pembiayaan utang, pemilik perusahaan (pemilik saham
mayoritas, misalnya ) tidak berbagi pengendalian pengelolaannya.
d) Pembayaran bunga utang dapat digunakan sebagai pengurang beban
pajak.
e) Keluwesan (fleksibilitas) dalam struktur pembiayaan perusahaan dapat
dicapai dengan pencantuman persyaratan opsi tarik dalam indenture
obligasi.
Kelemahan :
a) Utang memiliki biaya tetap, jika laba perusahaan mengalami
kemunduran tajam, untuk membayar bunga utang mungkin tidak dapat
dipenuhi.
b) Tingkat leverage keuangan yang semakin tinggi memerlukan tingkat
laba yang semakin tinggi pula. Jadi, meskipun leverage keuangan mungkin
cukup baik dan mungkin meningkatkan laba per saham, tingkat laba yang
diperlukan untuk leverage itu akan semakin tinggi, yang dapat mendorong
turunnya harga saham biasa. Biaya tak langsung karena jumlah utang yang
lebih banyak mungkin akan meningkatkan biaya permodalan.
c) Utang biasanya memiliki masa jatuh tempo yang pasti, dan sewajarnya
jika perusahaan harus mampu melunasinya sesuai dengan waktu yang
ditetapkan.
d) Utang jangka panjang merupakan suatu ikatan dalam waktu relatif
lama, bobot risiko yang tercakup di dalamnya cukup tinggi. Harapan dan
rencana yang mendasari penarikan suatu utang mungkin meleset, sehingga
utang tersebut akan menjadi beban yang berat bagi perusahaan. Misalnya,
jika laba, kapasitas kerja, tingkat harga, dan suku bunga semuanya jatuh,
asumsi-asumsi yang mendasari keputusan penarikan suatu hutang yang besar
mungkin akan dianggap suatu kebijakan keuangan yang bodoh.
e) Dalam ikatan kontrak utang jangka panjang, persyaratan indenture
cenderung lebih berat dibanding persyaratan dalam kredit jangka pendek.
Karena itu perusahaan yang meminjam utang jangka panjang akan
mengalami hambatan yang lebih banyak dibanding perusahaan yang
meminjam utang jangka pendek atau yang menerbitkan saham biasa.
f) Selalu ada batasannya sampai seberapa besar dana bisa digali melalui
utang jangka panjang. Biasanya standar rasio keuangan yang berlaku umum
tetap menentukan suatu rasio utang tertentu yang tidak boleh dilampaui. Jika
rasio utang melewati batasan standar ini biayanya akan meningkat dengan
cepat.

No comments:

Post a Comment