Wednesday, May 13, 2020

Perceived Risk (skripsi dan tesis)

Persepsi resiko yang dirasakan adalah ketidakpastian yang dihadapi pelanggan ketika mereka tidak dapat melihat atau mengetahui konsekuensi dari keputusan pembelian mereka. Definisi ini menyoroti dua dimensi yang relevan dari risiko yang dirasakan: ketidakpastian dan konsekuensi. Tingkat risiko yang diterima oleh konsumen sendiri untuk mengambil risiko adalah faktor-faktor yang memengaruhi strategi pembelian mereka. Harus ditekankan bahwa konsumen dipengaruhi oleh risiko yang mereka pahami, apakah risiko tersebut benar-benar ada atau tidak. Risiko tidak dirasakan-tidak peduli seberapa nyata tidak akan mempengaruhi perilaku konsumen. Persepsi risiko juga merupakan fungsi dari bagaimana informasi disajikan (Schiffman&Joseph:2015:143). 
 Para konsumen harus terus mengambil tindakan atau keputusan mengenai produk atau jasa yang akan dibeli karena hasil dari keputusan sering tidak pasti, sebab konsumen kadang memikirkan resiko yang akan didapat dalam mengambil keputusan tersebut. Resiko yang dirasakan didefinisikan adalah sebagai sesuatu ketidakpastian yang dihadapi para konsumen apabila tidak bisa meramalkan konsekuensi atau resiko atas keputusan pembelian mereka (Schiffman&Kanuk :2008 :170). Pembelian dari produk melibatkan dan mempertimbangkan resiko yang mungkin tidak seperti apa yang diinginkan. Persepsi resiko berbeda diantara konsumen sebagian bergantung berdasarkan pengalaman dan gaya hidup.Dalam alas an ini maka Perceived Risk adalah resiko yang dirasakan karakteristik konsumen dianggap juga sebagai karakteristik produk (Hawkins&Mothersbough:2014:589). Persepsi konsumen mengenai beberapa resiko, tergantung pada orang, produk bahkan situasi dan budaya. Besarnya resiko yang dirasakan tergantung pada konsumen. Beberapa konsumen cenderung merasakan risiko yang tinggi dan konsumen lainnya merasakan resiko yang kecil. Tingkat resiko yang dirasakan oleh seorang konsumen juga dipengaruhi oleh situasi berbelanja misalnya pada direct mail, ritel tradisional internet dan katalog.terkadang konsumen cenderung lebih memilih direct mail karena lebih memiliki risiko yang cenderung rendah. Orang yang memiliki resiko tinggi tidak akan membeli barang – barang dari internet walaupun terjadi perluasan toko – toko ritel di situs internet. 
 Budaya juga mempengaruhi persepsi risiko. Tidak semua konsumen menunjukkan tingkat persepsi pada tingkat yang sama. Oleh sebab itu, para pemasar yang melakukan bisnis tidak boleh menggeneralisasikan hasil – hasil studi mengenai persepsi resiko konsumen tanpa harus ada mengadakan riset tambahan (Schiffman& Kanuk :2008:172). Menurut (Kotler, dkk 2016) bahwa indikator Perceived Risk :
 1. Risiko sosial. Adalah resiko bahwa pilihan produk yang kurang baik dapat menimbulkan rasa malu dalam lingkungan sosial.
 2. Risiko fungsional. Adalah resiko yang menerangkan bahwa produk tidak mempunyai kinerja seperti apa yang diharapkan sebelumnya. 
3. Risiko finansial Adalah resiko yang menerangkan bahwa pilihan produk tidak akan seimbang dengan harganya..
 Menurut Schiffman dan Kanuk (2008) cara konsumen dalam menangani resiko bermacam-macam. Strategi pengurangan resiko memungkinkan untuk bertindak dengan keyakinan sebelum mengambil keputusan pembelian. Beberapa strategi perngurangan resiko adalah sebagai berikut : 
1 .Konsumen mencari informasi 
Para konsumen mencari informasi mengenai produk dan kategori 
dari mulut ke mulut (kolega, sahabat, rekan yang pendapatnya mereka hargai). Konsumen sering mengaitkan tingkat resiko dalam pembelian dengan berbagai alternatif  produk sehingga membutuhkan informasi yang cukup detail dan banyak. Strategi ini langsung menuju sasaran karena semakin banyak informasi yang didapatkan oleh konsumen mengenai produk maupun kategori produk semakin bisa diramalkan konsekuensi yang akan timbul dengan demikian semakin rendah resiko yang didapatkan.
 2. Konsumen setia kepada merk 
Para konsumen menghindari resiko dengan tetap loyal dan setia kepada merek yang telah memberikan kepuasan kepada mereka daripada memberi merek yang baru yang belum dicoba yang belum tentu sebaik merek yang sebelumnya. Orang yang merasakan resiko tinggi cenderung setia kepada merek yang sudah digunakan. 
3. Konsumen memilih berdasarkan citra merek 
Apabila konsumen tidak memiliki pengalaman mengenai sebuah produk, mereka cenderung mempercayai merek yang terkenal atau yang sudah mereka pakai. Para konsumen cenderung memilih merek terkenal karena dirasa jaminan penuh atas kualitas, keandalan dan kinerja.
 4. Konsumen mengandalkan citra toko 
Apabila konsumen tidak mempunyai informasi tentang mengenai sebuah produk, mereka sering mempercayai penilaian para pegawai toko yang bertugas membeli barang dagangan (merchandise buyer) dari toko yang mempunyai nama baik. Citra toko yang mempunyai nilai baik menanamkan implikasi pengujian produk dan jaminan pelayanan dan penyesuaian jika terjadi ketidakpuasan. 
 5. Konsumen membeli model yang termahal 
Apabila konsumen dalam keadaan keraguan, para konsumen mungkin merasa bahwa model yang paling mahal yang terbaik kualitasnya. 
6. Konsumen mencari jaminan 
Para konsumen yang tidak merasa pasti saat memilih produk, mencari jaminan uang kembali. Konsep mengenai resiko yang dirasakan mempunyai implikasi yang besar dalam memperkenalkan produk baru. Karena orang yang merasakan resiko tinggi kecil kemungkinan untuk memilih produk baru dan inovatif daripada orang yang merasakan resiko rendah. Penting bagi pemasar untuk memberikan strategi pengurangan resiko sehingga dapat meyakinkan konsumen.

No comments:

Post a Comment