Monday, January 30, 2023

Krisis Komoditas (skripsi,tesis,disertasi)

 


Krisis merupakan suatu kemunduran kesejahteraan, kedamaian, keamanan, atau stabilitas
dibandingkan kondisi sebelumnya. (Nootebom & White, 2005). Kondisi krisis yang terjadi
pada bahan pangan atau komoditas secara mendasar dikarenakan berkurangnya akses terhadap
bahan pangan atau komoditas tersebut yang dapat terjadi karena menurunnya pendapatan atau
peningkatan harga (MINAGR, 2003).
Pada kondisi tertentu, data mengenai pendapatan lebih sulit dipantau daripada harga
sehingga kondisi krisis dipantau dari peningkatan harga. Peningkatan tajam harga Crude Palm
Oil (CPO) di Indonesia telah beberapa kali terjadi. Pada bulan April 2007, terjadi lonjakan
harga komoditas tersebut yang disebabkan oleh kelangkaan keberadaan CPO akibat kenaikan
harga CPO dunia. Hal ini menyebabkan pengusaha CPO cenderung lebih tertarik memenuhi
permintaan luar negeri daripada permintaan dalam negeri.
Pada krisis tahun 2015, harga Crude Palm Oil (CPO) periode Januari-Oktober 2015
turun sekitar 30% yang mencapai US$ 584 per ton .Ada berbagai faktor yang membuat harga
CPO anjlok. Pertama, adanya pelemahan permintaan dari negara importir utama seperti Eropa
sebesar 6% dan Timur Tengah sebesar 17%.
Kedua, akibat turunnya harga minyak dunia. Sepeti diketahui, harga minyak bumi dan
harga CPO memiliki hubungan erat. Dari Januari-Oktober 2015, setidaknya harga minyak
bumi turun 50%. Ketiga, terjadinya kelebihan pasokan minyak nabati dunia yang disebabkan
adanya keberhasilan panen dan produksi minyak kedelai dan rapeseed. Keempat, beberapa
negara importir beralih ke minyak nabati karena harganya tak lagi jauh berbeda dengan harga
minyak kelapa sawit..
Pada konteks batu bara, Harga Batu Bara Acuan (HBA) mencapai titik terendah
sepanjang tahun 2015 di periode Desember 2015 sebesar US$ 53,51 per ton yang turun 1,69%
dibandingkan periode November 2015 senilai US$ 54,43 per ton. Awal 2015 HBA dibuka
dengan posisi harga US$ 63,84 per ton atau turun 16,1%. Rendahnya harga batu bara
sepanjang tahun 2015 disebabkan oversupply di pasar internasional serta melemahnya
perekonomian global juga mempengaruhi rendahnya permintaan batu bara. Supriatna Suhala
selaku ketua APBI mengatakan bahwa di batu bara tidak ada kartel sehingga perubahan
harga disebabkan oleh permintaan dan penawaran.
Tiongkok yang merupakan fokus utama pasar mengurangi permintaan yang membuat
harga batu bara turun. Rendahnya harga batubara membuat pelaku usaha mengurangi
produksi batubara.

No comments:

Post a Comment