Monday, January 30, 2023

Organizational Ambidexterity (skripsi,tesis,disertasi)

 


Perusahaan perlu tampil maksimal dalam kinerja karena sulit bertahan dalam persaingan
tinggi. Untuk bertahan dalam persaingan, kunci utamanya adalah kinerja dengan kualitas bagus
sehingga perusahaan harus melakukan kinerja berkualitas tinggi.Kemampuan studi organisasi
dan konsep ambidexterity diterima sebagai faktor yang memberikan kinerja perusahaan yang
tinggi. Organisasi dapat menggunakan cara yang berbeda untuk aktivitas studi. Organisasi
memori (organizational memory) kadang didesain ulang untuk mendapatkan pengetahuan
baru. Selain itu, mereka menggunakan cara baru untuk mempelajari pengetahuan baru (Cheryl,
1997).
Ada dua inovasi yang berbeda sebagai hasil dari pembelajaran organisasi, yaitu
inovasi eksploitatif dan eksplorasi. Inovasi eksploitatif didefinisikan sebagai pengembangan
pengetahuan, kemampuan dan proses terkini (March, 1991). Dasar inovasi eksploitatif terdiri
dari peningkatan teknologi dan gagasan saat ini. Beberapa modifikasi dasar pada metode yang
digunakan sebelumnya mencakup inovasi eksploitatif (Jansen et al., 2006; Cheryl, 1997).
Inovasi eksplorasi didefinisikan sebagai mengeksplorasi pengetahuan, talenta dan proses baru
(March, 1991).
Kebutuhan akan keseimbangan yang tepat antar eksplorasi dan eksploitasi telah
disimpulkan oleh kesimpulan Tuckman & O'Relly mengenai ambidextrous organization (He
& Wong, 2004). Mereka berpendapat bahwa sebuah perusahaan ambidextrous yang mampu
beroperasi secara simultan untuk eksplorasi dan eksploitasi kemungkinan mencapai kinerja
superior sehingga perusahaan menekankan satu dengan mengorbankan yang lain (Tushman &
O'Relly's, 1996).
Menurut Katila dan Ahuja, keberadaan akan kemampuan eksploitasi seringkali
dibutuhkan untuk mengeksplorasi kemampuan baru dan kemampuan eksplorasi baru juga
meningkatkan dasar pengetahuan perusahaan yang ada (Katila dan Ahuja, 2002). Akhirnya,
menurut hasil penemuan, inovasi eksplorasi dan inovasi eksploitasi saling berhubungan satu
sama lain sehingga perusahaan harus melakukan menyeimbangkan kemampuan eksplorasi dan
eksploitatif. Jika keseimbangan tidak dilakukan, perusahaan mungkin jatuh ke dalam
perangkap sukses atau perangkap gagal.
Perangkap sukses (A success trap) dapat didefinisikan tiap inovasi eksplorasi dan
eksploitasi berhasil membuat organisasi membuat penemuan baru lainnya. Beberapa penemuan
eksplorasi mungkin tidak berlaku setelah penemuan eksplorasi (Levinthal & March, 1993).
Karena itu, inovasi eksploitasi tidak berguna saat inovasi eksplorasi tiba-tiba menonjol
(Shekhar, 1996; Levinthal dan March, 1993). Ketika organisasi menganggap diri mereka tidak
berhasil akibat inovasi eksplorasi yang diterapkan, mereka mengambil resiko lebih untuk
menyelamatkan organisasi agar mudah diaplikasikan.
Oleh karena itu organisasi dengan mudah menerapkan inovasi eksplorasi agar tidak
gagal berikutnya. Selain itu, organisasi dapat melakukan inovasi eksploratif secara berurutan.
Kegagalan secara berurutan disebut sebagai perangkap gagal (fail trap). Organisasi, yang
hanya fokus pada inovasi eksplorasi, mungkin akan kecewa karena organisasi ini hanya bisa
menerapkan inovasi eksplorasi.
Selain itu, organisasi lain mungkin meniru penemuan ini dan menyebabkan hilangnya
keunggulan persaingan (Shekhar, 1996; Levinthal & March, 1993; Henrich, 2007; March,
1991). Karena keseimbangan yang diperlukan antara inovasi eksplorasi dan eksploitatif,
perusahaan harus menggunakan dua di antaranya dan menyeimbangkan antar keduanya (He &
Wong, 2004). Kemampuan dan sumber perusahaan seharusnya dilihat sebagai dinamika bukan
statitika. Dinamika ini sudah dibahas oleh Smith et al (1996) yang menyediakan framework
integratif untuk studi organisasi dan RBV. Mereka berargumen bahwa masuknya studi
organisasi dengan RBV akan membuat teori tersebut mempunyai proses dinamik lebih banyak.
Selain itu, studi organisasi tersebut merupakan kemampuan strategi atau sumber utama untuk
proses pembangunan dan mempertahankan keuntungan kompetetif.
Helfat & Peteraf (2003) memperkenalkan konsep kemampuan siklus hidup (lifecycle)
yang menguraikan pola umum dan arah pada perkembangan kemampuan organisasi masa
depan. Melalui diskusi studi organisasi, ambidexterity berkembang sebagai konsep kuat yang
menerima studi keseimbangan dalam organisasi. Strategi manajemen fokus pada pencarian
keuntungan kompetitif.
Keunggulan kompetitif didefinisikan sebagai karakteristik perusahaan yang dapat
menghasilkan keuntungan yang superior (Teece, 2000). Keunggulan kompetitif berbeda dari
keuntungan berkelanjutan (Teece, 2007). Tingkat kinerja perusahaan saat ini bergantung
dengan memuaskan pelanggan yang dimilikinya saat ini, sementara kelangsungan hidupnya
bertahan bergantung pada pengembangan proses, produk, dan layanan yang akan diminta
pelanggan di masa depan (Benner & Tushman, 2003).
Wernerfelt (1984) dan Penrose (1959) mengatakan bahwa berdasarkan pandangan
dari sumber dalam merupakan salah satu teori dominan untuk mencari keunggulan kompetitif
berkelanjutan dengan memusatkan perhatian pada sumber daya dan kemampuan perusahaan.
Operasional teori ini dirumuskan dalam kerangka VRIN oleh Barney (1991). Selebihnya teori
tersebut dapat dikembangkan dengan konsep keunggulan dinamis.
Wang dan Ahmed (2007) mengklarifikasi konsep keunggulan dinamik dan
identifikasi tiga komponen utama yang menggambarkan ciri umum keunggulan dinamik pada
beberapa perusahaan. Dalam tinjauan pustaka mereka, mereka melihat sumber daya
perusahaan sebagai urutan nol (zero order) pada keunggulan dinamik. Pada tingkat yang lebih
tinggi berikutnya (higher level) urutan kedua atau diatasnya, keunggulan dinamik mengatur
perubahan keunggulan dinamik urutan pertama (first order) dan operasional rutinitas.
Keunggulan dinamik urutan kedua (second order) mempengaruhi tingkat tinggi
dalam studi organisasi dan menentukan koridor perkembangan organisasi. Dalam tingkat
keunggulan dinamik ini, perusahaan perlu mengintegrasikan sumber daya dan kemampuan
(capabilities) dengan tujuan strategis. Pengukuran ini disebut sebagai studi keseimbangan
(balanced learning).
Ambidexterity berasal dari studi literatur organisasi yang berhubungan dengan tradeoff dan paradox. Konsep ini mencoba menyeimbangkan beragam ketegangan antar trade-off
dan paradox yang ditemukan dalam isu strategi perusahaan. March (1991) mendefinisikan
masalah ini sebagai ketegangan antara eksplorasi dan eksploitasi. Ambidexterity menarik
perhatian beberapa peneliti dan penelitian mengenai topik tersebut berkembang pesat (Turner,
2011). Raisch & Birkinshaw (2008) menyimpulkan bidang penelitian ini dan menawarkan
kerangka konseptual untuk organisasi ambidexterity.
Kemampuan dinamis, ambidexterity dan formulasi strategi siklus bisnis saling
berhubungan. Ketepatan kemampuan dinamis kedua atau lebih menyimpulkan bahwa
kebutuhannya dalam pembelajaran organisasi harus mampu menyeimbangkan berbagai
ketegangan strategis. Namun, bagaimana perusahaan menyeimbangkan ketegangan tidak
didefinisikan dengan baik dalam kemampuan dinamis atau penelitian RBV. Studi
keseimbangan ini difasilitasi oleh konsep eksplorasi dan eksploitasi atau literatur
ambidexterity. Namun, bagaimana perusahaan bisa menyeimbangkan eksplorasi dan
eksploitasi dalam konteks siklus bisnis tidak mudah ditemukan dalam ambidexterity atau
literatur studi organisasi.
Perusahaan semakin menyadari kebutuhan untuk mengeksploitasi keunggulan
kompetetif saat ini dan mengeksplorasi keunggulan kompetetif yang baru. Perusahaan yang
menekankan kegiatan eksploitasi menghadapi resiko kehabisan sumber daya karena
perusahaan tidak pernah menangkap keuntungan dari investasi awal. Sebaliknya, perusahaan
yang menekankan kegiatan eksplorasi menghadapi resiko terjebak dalam cara perusahaan saat
berinovasi, tidak mempersiapkan perubahan yang tak dapat dihindari dan akhirnya hancur
karena diungguli oleh teknologi baru.
Kedua aktivitas tersebut membutuhkan proses pengetahuan yang berbeda dan
berkapabilitas sehingga sering dilihat sebagai dua kekuatan yang berlawanan. Perusahaan yang
mampu mengeksploitasi keunggulan kompetetif saat ini sambil mengeksplorasi keunggulan
kompetetif baru disebut ambidextrous.
Beberapa penelitian mengatakan bahwa selain mencapai efisiensi, organisasi
seharusnya juga mencari kebebasan atau perubahan. Inovasi tidak berkelanjutan dapat
menguntungkan industri saat berkompetensi dengan perusahaan lain. Organisasi dapat bertemu
dengan perubahan lingkungan kompetitif yang kompleks secara cepat dengan menggabungkan
eksplorasi dan eksploitasi.
Eksploitasi lebih mengarah kemampuan yang ada melalui aktivitas berupa “efisiensi,
seleksi, dan implementasi” sementara eksplorasi lebih mengarah suatu usaha untuk
menciptakan kapabilitas masa depan dengan berupa “mencari, variasi, eksperimen, dan
penemuan” (March, 1991:71). Strategi eksploitasi fokus pada produk yang sudah ada dan
efisiensi pelayanan sedangkan eksplorasi bertujuan untuk mengembangkan produk dan
pelayanan untuk pasar baru.
Kemampuan untuk berinovasi selalu menjadi faktor yang berpengaruh terhadap
keberhasilan organisasi. Faktor tersebut adalah organisasi yang memiliki sumber daya,
motivasi kuat untuk berinovasi, dan iklim organisasi yang memungkinkan dan mendorong ide
inovatif dengan cepat dan berhasil berinovasi. Organizational ambidextrous memiliki
kemampuan untuk menghasilkan keunggulan kompetitif melalui pengembangan inovasi
eksplorasi dan eksploitasi pada saat yang sama (Benner dan Tushman, 2003; Tushman dan
O'Reilly, 1996).
Meski awal penyebutan untuk susunan "organizational ambidexterity" dalam studi
organisasi biasanya dihubungkan pada Duncan (1976), jurnal penelitian March (1991) dipakai
untuk titik awal teoritis yang membuka konstruksi atau susunan alami sebagai topik yang
relavan dalam literatur strategi manajemen.
Dalam mengembangkan hipotesisa ini, inovasi eksplorasi dan eksploitasi tingkat
tinggi secara bersamaan dalam organisasi yang sama menyebabkan keunggulan kompetitif.
Organisasi terus memanfaatkan dasar pengetahuan, tapi pada saat yang sama harus
mengeksplorasi pengetahuan baru dan solusi. Hal ini merupakan pemahaman dasar literatur
Organizational Ambidextrous. Organizational Ambidextrous dapat melakukan keduanya dan
sering dilakukannya secara simultan atau bersamaan (Raisch et al., 2009)
Raisch et al (2009) meringkas literatur dalam empat kategori yaitu:
1. Diferensiasi vs Integrasi Eksplorasi dan Eksploitasi.
2. Individu vs Organizational ambedixterity
3. Statis vs Perspektif yang dinamis
4. Internal vs Perspektif eksternal.
Gupta et al (2006) berpendapat bahwa eksplorasi dan eksploitasi harus dilihat sebagai
sebuah kontinum. Dengan demikian, fokus penelitian menunjuk bagaimana dua logika
digabung terutama dalam organisasi yang berisi loose coupled unit. Gagasan tentang eksplorasi
dan eksploitasi sebagai sebuah kontinum dan kombinasi organisasi telah memberikan
momentum untuk literatur ambidextrous dalam beberapa tahun terakhir.

No comments:

Post a Comment