Kepemimpinan mungkin hanya terbentuk dalam suatu lingkungan yang secara
dinamis melibatkan hubungan di antara sejumlah orang. Kongkritnya, seorang
hanya bisa mengklaim dirinya sebagai seseorang pemimpin jika ia memiliki
sejumlah pengikut. Selanjutnya antara para pemimpin dan pengikutnya terjalin
ikatan emosional dan rasional menyangkut kesamaan tujuan yang ingin
dicapai. Walaupun dalam realitasnya sang pemimpinlah yang biasanya
memerkenalkan atau bahkan merumuskan nilai dan tujuan. Di dalam
kepemimpinan ada beberapa karakter yang sangat menentukan untuk
pencapaian tujuan suatu organisasi.
Rasyid (2000:37) menjelaskan beberapa karakter kepemimpinan yang berbeda
satu sama lain, yaitu sebagai berikut :
- Kepemimpinan yang Sensitif
Kepemimpnan ini ditandai dengan adanya kemampuan untuk secara dini
memahami dinamika perkembangan masyarakat, mengenai apa yangmereka
butuhkan, mengusahakan agar ia menjadi pihak pertama yang memberi
perhatian terhadap kebutuhan tersebut. Dalam karakter kepemimpinan
tersebut, kemampuan berkomunikasi dari pada pemimpin pemerintahan
yang disertai para penerapan transformasi di dalam proses pengambilan
keputusan merupakan prasyarat bagi pemerintah dalam mengemban segala
tugas-tugasnya. - Kepemimpinan yang Responsif
Di dalam konteks ini, pemimpin lebih aktif mengamati dinamika
masyarakat secara kreatif berupaya memahami kebetuhan mereka, maka
kepemimpinan yang responsif lahir lebih banyak berperan menjawab
aspirasi dan tuntutan masyarakat yang disalurkan melalui berbagai media
komunikasi, menghayati suatu sikap dasar untuk mendengar suara rakyat,
mau mengeluarkan energi dan menggunakan waktunya secara cepat dan
menjawab pertanyaan, menampung setiap keluhan, memerhatikan setiap
tuntutan dan memanfaatkan setiap dukungan masyarakat tentang suatu
kepentingan umum. - Kepemimpinan yang Defensif
Karakter kepemimpinan ini di tandai dengan sikap yang egoistik, merasa
paling benar, walaupun pada saat yang sama memiliki kemampuan
argumentasi yang tinggi dalam berhadapan dengan masyarakat. Komunikasi
antara pemerintah dengan masyarakat cukup terpelihara tetapi pada
umumnya pemerintah selalu mengambil posisi sebagai pihak yang lebih
benar, lebih mengerti. Oleh karena itu keputusan dan penilaiannya atas
sesuatu isu lebih patut diikuti oleh masyarakat. Posisi masyarakat lemah,
sekalipun tetap tersedia bagi ruang bagi mereka untuk bertanya,
menyampaikan keluhan, aspirasi dan lain sebagainya. Karakter
kepemimpinan semacam ini bisa berhasil dalam jangka waktu tertentu.
Tetapi ketika berhadapan dengan masyarakat yang semakin berkembang
baik secara sosial, ekonomi maupun secara intelektualitas , karakter defensif
ini akan sulit untuk melakukan manufer. - Kepemimpinan yang Represif
Karakter kepemimpinan ini cenderung sama egois dan arogannya dengan
karakter kepemimpinan defensif, tetapi lebih baik buruk lagi karena tidak
memiliki kemampuan argumentasi atau justifikasi dalam memertahankan
keputusan atau penilaiannya terhadap suatu isu ketika berhadapan dengan
masyarakat. Karekter kepemimpinan yang refresif ini secara total selalu
merupakan beban yang berat bagi masyarakat. Ia bukan saja tidak memiliki
kemampuan untuk menyelesaikan berbagai masalah fundamental dalam
masyarakat, tetapi bahkan cenderung merusak moralitas masyarakat.
singkatnya kepemimpinan yang refresif ini lebih mewakili sifat diktatorial.
No comments:
Post a Comment