Wednesday, March 25, 2020

Kualitas Persepsian (Perceived Quality) (skripsi dan tesis)


Menurut Aaker (dalam Kartajaya, 2010) Kualitas Persepsian merupakan persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan yang sama dengan maksud yang diharapkannya. Persepsi terhadap kualitas mencerminkan perasaan konsumen yang secara menyeluruh mengenai suatu merek. Dalam konsep perilaku konsumen persepsi terhadap kualitas dari seorang konsumen adalah hal yang sangat penting, produsen bersaing dengan berbagai cara untuk dapat menghasilkan suatu produk atau jasa yang bagus menurut konsumen (Kotler, 2018). Menurut Kotler dan Keller (2018), adalah proses dimana kita memilih, mengatur, dan menerjemahkan masukan informasi untuk menciptakan gambaran yang berarti. Dalam pemasaran kecenderungan persepsi bisa dikatakan lebih penting dari realitas, karena berbekal dengan adanya persepsi konsumen dapat terpengaruhi walaupun setiap orang mempunyai persepsi pemahaman yang berbeda-beda

Asosiasi Merek (Brand Association) (skripsi dan tesis)


Kotler dan Keller (2018), asosiasi merek terdiri dari semua pikiran,perasaan, persepsi, citra, pengalaman, kepercayaan, dan sebagainya yang berkaitan dengan merek dan berhubungan dengan node merek. Sebuah merek adalah seperangkat asosiasi, biasanya terangkai dalam berbagai bentuk yang bermakna. Asosiasi dan pencitraan keduanya mewakili berbagai persepsi yang menunjukkan suatu kesan tertentu dalam kaitannya dengan memori terhadap sebuah merek. (Tjiptono 2014). Aaker (1997) menambahkan bahwa pada asosiasi merek ini terdapat tipetipe asosiasi, antara lain: a. Atribut produk b. Barang tak berwujud c. Manfaat bagi pelanggan d. Harga relatif e. Penggunaan / aplikasi f. Pengguna / pelanggan g. Orang terkenal h. Gaya hidup / kepribadian i. Kelas produk j. Para kompetitor, dan k. Negara / wilayah geografis

Kesadaran Merek (Brand awareness) (skripsi dan tesis)


 Menurut Rossiter dan Percy dalam Mila (2014) konsep kesadaran merek yaitu kemampuan pembeli untuk mengidentifikasi (mengenal atau mengingat) suatu merek yang cukup detail untuk melakukan pembelian. Kesadaran merek merupakan langkah awal bagi setiap konsumen terhadap setiap produk atau merek baru yang ditawarkan melalui periklanan. Aspek paling penting dari brand awareness adalah bentuk informasi dalam ingatan di tempat yang pertama. Aaker (1997) berpendapat bahwa kesadaran merek adalah kesanggupan seseorang pembeli untuk mengenali dan mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan perwujudan kategori produk tertentu. Suatu mekanisme untuk memperluas pasar merek dengan meningkatkan kesadaran. Kemudian kesadaran tersebut dapat mempengaruhi persepsi konsumen dan berprilaku. Pada dasarnya perusahaan dituntut untuk dapat memberikan ingatan yang baik pada konsumen mengenai merek yang dipasarkan, sehingga pada saat konsumen akan melakukan pembelian, mereka akan langsung teringat dengan merek yang perusahaan pasarkan. Meningkatkan kesadaran adalah suatu mekanisme untuk memperluas pasar merek. Kesadaran juga mempengaruhi persepsi dan tingkah laku. Kesadaran merek merupakan key of brand asset atau kunci pembuka untuk masuk ke elemen lainnya. Jadi jika kesadaran itu sangat rendah maka hampir dipastikan bahwa ekuitas mereknya juga rendah (Durianto dkk dalam Amalia 2014).

Ekuitas Merek (Brand equity) (skripsi dan tesis)


Menurut Aaker (1991) Ekuitas merek adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan simbolnya, yang menambah atau melindungi nilai yang diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada konsumen. Terdapat lima dimensi dari Ekuitas Merek menurut Aaker (1991:15) yaitu:
 1. Kesadaran Merek (Brand Awareness), adalah kemampuan pelanggan untuk mengenali atau mengingat kembali sebuah merek dan mengaitkannya dengan satu kategori produk tertentu.
2. Asosiasi Merek (Brand Association), berkenaan dengan segala sesuatu yang terkait dalam memori pelanggan terhadap sebuah merek.
 3. Kualitas Persepsian (Perceived Quality),kualitas terhadap merek menggambarkan respons keseluruhan pelanggan terhadap kualitas dan keunggulan yang ditawarkan merek
 4. Loyalitas Merek (Brand Loyalty), adalah komitmen kuat dalam berlangganan atau membeli kembali suatu merek secara konsisten di masa mendatang.
5. Aset-aset hak milik yang lain, mewakili aset seperti paten, dan saluran distribusi. Empat dimensi yang pertama tersebut merupakan aset-aset utama dari Ekuitas Merek, sedangkan aset-aset merek lainnya hanya sebagai pelengkap.

Kesesuaian merek diri berpengaruh terhadap loyalitas merek (skripsi dan tesis)

He et al., (2012) dalam Jinzhao Lu and Yingjiao Xu (2015) menyarankan
bahwa perspektif identifikasi sosial dari loyalitas merek dapat berintegrasi dengan
perspektif lain (misalnya nilai yang dirasakan) dalam menjelaskan kesetiaan merek.
Demikian pula, telah ada peningkatan minat dalam mengadopsi keselarasan diri dalam
studi loyalitas merek. Dalam studi mereka tentang produk mewah, Liu et al., (2012)
Jinzhao Lu and Yingjiao Xu (2015) menemukan pengaruh positif pada kesesuaian diri
pada sikap merek dan loyalitas merek berdasarkan pada identifikasi konsumen dengan
merek. Amatulli dan Guido's (2011) dalam Giovannini et al., (2015) menemukan
konsumen dengan kesesuaian merek diri yang tinggi dalam mengonsumsi produk
mewah akan lebih bisa menggambarkan citra diri mereka pada fashion. Hal ini
berdampak pada peninggkatan untuk mengkonsumsi atau melakukan pembelian ulang
terhadap produk dengan merek yang sama sesuai karakteristik mereka.

Konsumsi yang mencolok berpengaruh terhadap loyalitas merek (skripsi dan tesis)

Konsumsi yang mencolok (conspicuous consumption) adalah pengeluaran yang
sia-sia untuk kesenangan semata dan hasrat untuk menunjukkan suatu posisi atau status
sosial yang lebih terpandang dibandingkan dengan kalangan-kalangan lain (Damsar.
2011). Dengan ini kaum leisure class hidup dalam aliran hedonisme yang lebih
mengedepankan pada kesenangan dan kenikmatan semata dan cenderung untuk
melakukan pemborosan (perilaku konsumtif). Semua itu menurut Veblen, merupakan
leisure class yang tumbuh dan berkembangnya melaui industri waktu luang (tempat
hiburan), seperti dunia konser, bioskop, tempat kuliner, fotografi, spa/salon kecantikan,
tempat wisata dan sebagainya. Leisure class ini akan menciptakan suatu budaya yang
ditandai oleh nafsu dan pola konsumsi yang mencolok (Damsar. 2011).
Menurut Giovannini et al., (2015) konsumsi produk mewah sering dikaitkan
dengan status konsumsi seperti keinginan untuk mendapatkan status sosial dan
loyalitas konsumen untuk merek fashion mewah. bisa terpenuhi melalui konsumsi
produk mewah yang mencolok agar memperoleh status sosial tertentu yang tidak
terbatas pada mereka yang kaya raya.

Kesadaraan merek bepengaruh terhadap loyalitas merek (skripsi dan tesis)

Sebuah merek dengan tingkat kesadaran yang tinggi serta citra yang baik lebih
dapat meningkatkan loyalitas konsumen terhadap merek dan mengingatkan
kepercayaan konsumen terhadap produk (Aaker 2012). Loyalitas merek merupakan
komitmen konsumen kepada suatu merek dan pemasok berdasarkan sikap yang positif
dan tercermin pada pembelian ulang yang konsisten (Aaker, 2013). Menurut
(Esmaeilpour 2015), loyalitas merek telah dibagi menjadi dua kategori: kesetiaan
perilaku dan sikap. Definisi perilaku dari loyalitas merek merupakan pembelian
berulang dari suatu merek seperti jumlah pembelian dan jumlah pengalihan merek telah
ditawarkan selama periode waktu. Kesetiaan perilaku saja tidak cukup untuk
menjelaskan bagaimana berbagai situasi pembelian merek yang sama oleh konsumen.
Jadi, perilaku harus dihadiri dengan sikap positif. Kesetiaan sikap mengacu pada unsurunsur
kognitif yang kuat. Loyalitas afektif juga berdampak pada komitmen dalam hal
beberapa nilai unik yang terkait dengan merek.