Sunday, May 19, 2019

Metode Pengumpulan Data dengan Angket (skripsi dan tesis)


Pengumpulan data dengan angket adalah salah satu metode pengumpulan data primer. Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik individu maupun perseorangan. Dalam metode pengumpulan data primer, peneliti melakukan observasi sendiri baik di lapangan maupun di laboratorium.
Perolehan data dengan angket memiliki keuntungan lain bila dibandingkan dengan metode wawancara karena selain dapat dikirimkan melalui pos, secara kuantitatif peneliti dapat memperoleh data yang cukup banyak yang tersebar merata dalam wilayah yang akan diselidiki (Sugiarto,dkk, 2001:18).
1. Pembuatan kuesioner
Di dalam membuat suatu kuesioner, perlu diketahui bahwa kuesioner tidak
hanya untuk menampung data sesuai kebutuhan, tetapi kuesioner juga merupakan kertas kerja yang harus dipergunakan dengan baik.
Ada 4 komponen inti dari kuesioner yang baik (Umar, 2002:172):
 Adanya subjek yang melaksanakan riset
 Adanya ajakan, yaitu permohonan dari periset kepada responden untuk turut serta mengisi secara aktif dan obejektif setiap pertanyaan dan pernyataan yang disediakan.
 Adanya petunjuk pengisian kuasioner, dan petunjuk yang tersedia harus mudah dimengerti dan tidak bias.
 Adanya pertanyaan maupun pernyataan beserta beserta tempat mengisi jawaban, baik secara tertutup, semi tertutup , ataupun terbuka. Dalam membuat pertanyaan ini harus dicantumkan isian untuk identitas responden

Teknik Sampling (skripsi dan tesis)


1. Probability Sampling (Metode Acak)
Pemilihan sampel dengan metode acak, tidak dilakukan secara subjektif. Dalam hal ini berarti sampel yang terpilih tidak didasarkan semata-mata pada keinginan peneliti. Setiap anggota polpulasi memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Dengan metode acak ini, diharapkan sampel yang dipilih dapat digunakan untuk menduga karakteristik populasi secara objektif. Di samping itu, teori-teori peluang yang dipakai dalam metode acak memungkinkan peneliti untuk mengetahui bias yang muncul dan sejauh mana bias yang muncul tersebut menyimpang dari perkiraan. Hasil perhitungan yang
diperoleh dapat digunakan untuk menyimpulkan variasi-variasi yang mungkin ditimbulkan oleh tiap-tiap teknik sampling. (Sugiarto,dkk, 2001:36).
2. Nonprobability Sampling (Metode Tak Acak)
Dalam melakukan penelitian dengan metode tak acak, peneliti tidak perlu membuat kerangka sampel dalam pengambilan sampelnya. Hal ini menjadi salah satu keuntungan terkait dengan pengurangan biaya dan permasalah yang timbul karena pembuatan kerangka sampel. Hal lain yang menjadi keburukan pengambilan sampel dengan metode tak acak  adalah ketepatan dari informasi yang diperoleh akan terpengaruh, karena hasil penarikan
sampel dengan metode tak acak ini mengandung bias dan ketidaktentuan.
Metode tak acak ini sering digunakan peneliti dengan petimbangan yang terkait dengan penghematan biaya, waktu, tenaga, serta keterandalan subjektivitas peneliti. Di samping itu pertimbangan lainnya adalah walaupun metode acak mungkin saja lebih unggul dalam teori, tetapi dalam pelaksanaannya sering kali dijumpai adanya beberapa kesalahan oleh peneliti. Dalam penggunaan metode tak acak, pengetahuan, kepercayaan, dan
pengalaman seseorang sering dijadikan pertimbangan untuk menentukan anggota populasi yang akan dipilih sebagai sampel.
Dengan menggunakan metode tak acak, peneliti tidak dapat mengemukakan berbagai macam kemungkinan untuk memilih objek-objek yang akan dijadikan sampel. Kondisi ini tentu saja akan menciptakan terjadinya bias dalam memilih sampel yang sebetulnya kurang representatif. Di samping itu, dengan penarikan sampel secara tidak acak, peneliti tidak dapat membuat pernyataan peluang tentang populasi yang mendasarinya, yang dapat dilakukan hanyalah membuat pernyataan deskriptif tentang populasi. (Sugiarto,dkk,
2001:37). Salah satu prosedur metode tak acak yang sering digunakan oleh peneliti adalah judgment sampling. Dengan teknik ini, sampel diambil berdasarkan pada kriteria-kriteria yang telah dirumuskan terlebih dahulu oleh peneliti. Sampel yang diambil dari anggota populasi dipilih sekehendak hati oleh peneliti menurut pertimbangan dan intuisinya.
Pada judgment sampling dikenal adanya expert sampling dan purposive sampling. Pada expert sampling, pemilihan sampel yang representatif didasarkan atas pendapat ahli, sehingga siapa, dalam jumlah berapa sampel harus dipilih sangat tergantung pada pendapat  ahli yang bersangkutan. Dalam puposive sampling, pemilihan sampel bertitik tolak pada penilaian pribadi peneliti yang menyatakan bahwa sampel yang dipilih benar-benar
representatif. Untuk itu peneliti harus menguasai bidang yang akan ditelitinya tersebut.
Situasi dimana judgment sampling dianjurkan untuk digunakan adalah:
 Metode acak tidak dapat digunakan sama sekali
 Peneliti menguasai bidang yang diteliti sehingga dapat memastikan bahwa sampel yang diambil benar-benar representatif.
Kendala yang dihadapi dalam penggunaan judgment sampling adalah tuntutan
adanya kejelian dari peneliti dalam mendefinisikan populasi dan membuat pertimbangannya. Pertimbangan harus masuk akal dengan maksud penelitian. (Sugiarto,dkk, 2001)

ALASAN PENGGUNAAN ANALISIS SEM (skripsi dan tesis)


  1. model yang dianalisis relatif rumit sehingga akan sulit untuk diselesaikan dengan metode analisis jalur pada regresi linear.
  2. SEM mempunyai kemampuan untuk mengestimasi hubungan antar variabel yang bersifat multiple relationship.
  3. kesalahan pada masing – masing observasi tidak diabaikan tetapi tetap dianalisis, sehingga SEM cukup akurat untuk menganalisis data kuesioner yang melibatkan persepsi.
  4. Peneliti dapat dengan mudah memodifikasi model untuk memperbaiki model yang telah disusun agar lebih layak secara statistik.
  5. SEM mampu menganalisis hubungan timbal balik secara serempak.

ALASAN PENGGUNAAN ANALISIS SEM (skripsi dan tesis)


  1. model yang dianalisis relatif rumit sehingga akan sulit untuk diselesaikan dengan metode analisis jalur pada regresi linear.
  2. SEM mempunyai kemampuan untuk mengestimasi hubungan antar variabel yang bersifat multiple relationship.
  3. kesalahan pada masing – masing observasi tidak diabaikan tetapi tetap dianalisis, sehingga SEM cukup akurat untuk menganalisis data kuesioner yang melibatkan persepsi.
  4. Peneliti dapat dengan mudah memodifikasi model untuk memperbaiki model yang telah disusun agar lebih layak secara statistik.
  5. SEM mampu menganalisis hubungan timbal balik secara serempak.

KONSISTENSI REALIBILITAS INTERNAL (skripsi dan tesis)



Dengan teknik konsistensi internal ini, hanya dengan melakukan satu kali pengumpulan data, realibilitas skor perangkat pengukuran dapat diestimasi. Pada pembuktian instrumen dengan cara ini ada beberapa caar, yang masing-masing dapat memerlukan  persyaratan-persyaratan atau asumsi tertentu yangharus dipenuhi oleh peneliti. Beberapa caara yang dapat digunakan untuk mengestimasi realibilitas dengan konsistensi internal diantaranya adlah sebgai berikut:
  1. Metode belah dua (split half method)
Dalam teknik belah dua, dalam satu instrumen dikerjakan satu kali oleh sejumlah subjek (sampel) suatu penelitian. Butir-butir pada perangkat dibagi menjadi dua. Pembagian dapat menggunakan nomor ganjil-genap pada instrumen atau separuh pertama maupun separuh ke dua, maupun membelah dengan menggunakan nomor acak atau tanpa pola tertentu. Skor responden merespon setengah perangkat bagian yang pertama dikrelasikan dengan skor setengah perangkat ke dua, teknik ini berpegang pada asumsi, belahan pertama dan belahan ke dua mengukur konstruk yang sama, banyaknya butir dalam instrumen belahan pertama dan kedua harus dapat dibandingkan dari sisi banyaknya butir atau paling tidak jumlahnya hampir sama
Ada  beberapa formula untuk mengestimasi realibilitas dengan metode belah dua, antara lain rumus Spearman-Brown, rumus Flanagan dan rumus Rulon.
  1. Realibilitas Komposit
Pada suatu instrumen, sering peneliti menggunakan instrumen yang terdiri dari banyak butir. Jika butir-butir ini menggunakan butir yang berbeda-beda namun membangun sutau kosntruk yang sama, maka analisis untukmengestimasi realibilitas dapat digunakan rumus realibilitas komposit. Komposit yang dimaksudkan yakni skor akhir merupakan gabungan dari skor butir-butir penyusun instrumen. Ada 3 formula yang dapat digunakan untuk mengestimasi realibilitas dengancara ini yaitu dengan menghitung koefisien dari cronbach, koefisien KR-20 dan koefisien KR-21.
  1. Realibilitas konstruk
Realibilitas konstruk ini dapat diestimasi setelah peneliti membuktikan validitas konstruk dengan analisis faktor konfirmatori sampai memperoleh model yang cocok (model yang fit). Dengana nalisis faktor ini, peneliti dapat memperoleh muatan faktor (factor loading) tiap indikator yang menyusun instrumen dan indeks kesalahan unik dari tiap indikator.
Estimasi realibilitas dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu estimasi realibilitas dengan realibilitas konstruk (construct realibilitity, CR) realibilitas ω dan realibilitas maksimal Ω.
  1. Realibilitas Inter-Rater
Jika dalam suatu isntrumen penskoran butir dilakukan dengan memanfaatkan dua orang rater, peneliti dapat megestimasi realibilitas dengan inter-rater agreement. Hasil estimasi realibilitas dengan cara ini disebut dengan realibilitas inter-rater. Adapaun cara mengestimasinya dengan menghitung terlebih dahulu banyaknya butir atau kasus yang cocok atau butir  atau kasus yang iskor sama dengan kedua rater. Banyaknyabutir yang cocok ini kemudian dibandingkan dengan butir total kemudian disajikan dalam persentase
  1. Realibilitas dengan teori generalizabilities
Teori generalisabilitas terkait dengan 2 hal yaitu generalizability (G) study dan decision (D) study. Peneliti yang melakukan G studi mengutaamakan generalisasi dari suatu sampel pengukuran ke keseluruhan pengukuran. Studi tentang stabilitas respons atara waktu, equivalensi skor dari 2 atau lebih instrumen yang berbeda, hubungan antara skor kemampuan dengan skor butir terkait dengan G study. Pada D study. Data dikumpulkan untuk tujuan khusus terkait dengan mebuat keputusan. Studi ini menyediakan data mendeskripsikan peserta tes baik seleksi atau penempatan, maupun menyelidiki hubungan 2 variabel atau lebih (Crocker & Algina, 2008). Sebagai contoh, pada suatu tes seleksi panitia akan menggunakan dua penilai atau lebih perlu diperisa terlebih dahulu efisiensinya. Untuk hal tersebut, perlu dilakukan D study.
Koefisien realibilitas dalam teori ini disebut dengan kofisien generalizability. Dalam mengestimasi koefisien generalizability, ada bebrapa desain termasuk banyaknya bentuk tes, kesempatan melakukan tes atau administrasi tes, banyaknya rater yang disebut dengan facet. Banyaknya variabel yang digunakan  menentukan banyaknya facet. Desain yang dapat dipilih misalnya desain facet tunggal (single facet design) dan facet ganda.


Heri Retnawati. 2016

ESTIMASI KONSISTENSI RELIABILITAS EKSTERNAL (skripsi dan tesis)


Estimasi realibilitas eksternal diperolah dengan menggunakan skor hasi pengukuranyang berbeda baik dari instrumen yang berbeda maupun sama. Ada dua cara untuk mengestimasi reliabilitas eksternal suatu intrumen yaitu dengan teknik pengukuranulang (tes-retest method) dan teknik paralel
  1. Metode tes ulang (tes-retest method)
Untukmengetahui keterahandalan atau realibilitas skor hasil pengukuran, pengukuran perlu dilakukan dua kali. Pengukuran pertama dan pengukuran kedua atau ulangannya. Kedua pengukuran ini dapat dilakukan oleh orang yang sama tau berbeda, namun ada proses oengukuran yang kedua, keadaan yang diukur itu harus benar-benar berada pada kondisi yang sama dengan pengukuran pertama. Selanjutnya hasil pengukuran yang pertama dan yang ke dua dikorelasikan dan hasilnya menunjukkan realibilitas skor perangkat pengukuran.
Teknik tes-retest method ini dapat disesuaikan dengan tujuannya jika keadaan subjek yang dukur tetap dan tidak mengalami perubahan pada saat pengukuran yang pertama maupun pada pengukuran yang kedua. Pada dasarnya keadaan respondentu selalu berkembang, tidak statis ataupun berubah-ubah., maka sebenarnya teknik ini kurang teat digunakan. Di samping itu pada pengukuran yang kedua akan terjadi adanya carry-over effect atau testing efect, reponden pengukuran atau penelitian telah mendapat tambaan pengetahuan karena sudah mengalami tes yang pertama ataupun belajar setelah pengukuranyan pertama
  1. Metode Bentuk Paralel
Teknik kedua untuk mengestimasi realibilitas secara eksternal dengan metode bentuk paralel. Pada teknik ini , diperlukan dua instrumen yang dikatakan paralel untuk mengestimasi koefisien realibilitas. Dua buahtes dikatakan paralel atau equivalent adalah dua buah isntrumen yang mempunyai kesamaan tujuan dalam pengukuran, tingkat kesukaran dan susunan yang sama, namun butir soalnya berbeda atau dikenal dengan istilah alternate forms method atau paralele forms.
Dengan metode bentuk paralel ini , dua buah isntrumen yang paralel, misalnya instrumen paket A akandiestimasi realibilitasnya dan instrumen paket B merupakan isntrumen yang paralel denganpaket A, keduanya diberikan kepada kelompok responden yang sama, kemudian ke dua skor tersebut dikorelasikan. Koefisien korelasi dari kedua skor respoden terhadap instrumen inilah yang menunjukkan koefisien realibilitas skor instrumen paket A. Jika koefisien realibilitasnya skor instrumen tinggi maka perangkar tersebut dikatakan reliabel dapat digunakan sebagai instrumen pengukur suatu konstruk yang terandalkan.

Heri Retnawati. 2016.

PENGERTIAN RELIABILITAS (skripsi dan tesis)




Pada suatu instrumen yang digunakan untuk mengumbulkan data, realibilitas skor hasiltes merupakan informasi yang diperlukan dalam pengembangan tes. Realibilitas merupakan derajat keajegan (consistency) di anata dua skor hasil pengukuran pada objek yang sama, meskipun menggunakan alat pengukur yang berbeda dan skala yang berbeda (Mehrens,&Lehmann, 1973; Reynold, Livingstone &Wilson, 2010).
Allen dan Yen (1979) menyatakan bahwa tes dikatakan reliabel jika skor amatan mempunyai korelasi yang tinggi dengan skor yang sebenarny. Selanjutnya dinyatakan bahwa realibilitas merupakan koefesioen korelasi antara dua skor amatan yang diperoleh dari hasil pengukuran menggunakan tes yang paralel. Dengan demikian, pengertian yang dapat diperoleh dari pernyataan tersebut adalah suatu tes itu reliabel jka hasil pengukuran mendekati keadaan peserta tes yang sebenarnya.
Koefisien realibilitas dapadiartikan sebagai koefisien keajegan atau kestabilan hasil pengukuran. Alat ukur yang reliabel akan memberikan hasil pengukuran yang stabil (Lawrence, 1994) dan konsisten (Mehrens,&Lehmann, 1973). Artinya suatu alat ukur dikatakan memiliki koefisien realibilitas tinggi manakala digunakan untuk mengukur hal yang sama pada waktu yang berbeda hasilnya sama atau mendekati sama. Dalam hal ini, realibilitas merupakan sifat dari sekumpulan skor (Frisbie, 2005).

Heri Retnawati. 2016.