Wednesday, January 17, 2018

Pemberian Tugas Pendahuluan (skripsi dan tesis)


Tugas pendahuluan adalah tugas yang diberikan kepada siswa dalam bentuk tugas individu. Tugas itu diberikan kepada siswa dalam bentuk soal-soal essay yang harusdijawabnya, setelah mempelajari materi-materi pelajaran yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya. Dengan tugas pendahuluan ini diharapkan sebelum menerima pelajaran dari guru, dalam diri siswa telah terbentuk struktur kognotif yang diperoleh dari tugas pendahuluan tersebut. Dengan demikian diharapkan ketika masuk kelas, siswa sudah siap dari rumah tentang konsep-konsep yang akan diberikan oleh guru. Keadaan ini diharapkan dapat membantu sisa dalam memahami konsep-konsep geografi.
Pemberian tugas pendahuluan ini sesuai dengan anjuran Ausubel yang mengatakan bahwa yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang diketahui oleh siswa ( Dahar, 1989: 117 ). Dengan tugas pendahuluan ini akan terbentuk struktur kognitif siswa.
Struktur kognitif inilah yang diharapkan untuk dapat meningkatkan kebermaknaan suatu pembelajaran sehingga siswa lebih mudah memahami pelajaran.Agar terjadi belajar bermakna maka konsep baru harus dikaitkan dengan konsep yang telah ada dalam struktur kognitif siswa. Ausubel menerapkan suatu pengatur awal agar terjadi belajar bermakna.

Sehubungan dengan penelitian menggunakan metode pemberian tugas pendahuluan sebagai pengatur awal.

Kelebihan dan Kelemahan Pemberian Tugas (skripsi dan tesis)


Metode pemberian tugas ini dalam pelaksanaannya memiliki beberapa kelebihan disamping juga mempunyai beberapa kelemahan.
Adapun kelebihan metode pemberian tugas :
a.       Metode ini merupakan aplikasi pengajaran modern disebut juga azas
b.      aktivitas dalam mengajar yaitu guru mengajar harus merangsang
c.       siswa agar melakukan berbagai aktivitas sehubungan dengan apa yang dipelajari.
d.      Dapat memupuk rasa percaya diri sendiri
e.       Dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari, mengolah menginformasikan dan dan mengkomunikasikan sendiri.
f.       Dapat mendorong belajar, sehingga tidak cepat bosan
g.      Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa
h.      Dapat mengembangkan kreativitas siswa
i.        Dapat mengembangkan pola berfikir dan ketrampilan anak.
Adapun kelemahan metode pemberian tugas
a.       Tugas tersebut sulit dikontrol guru kemungkinan tugas itu dikerjakan oleh orang lain yang lebih ahli dari siswa.
b.      Sulit untuk dapat memenuhi pemberian tugas
c.       Pemberian tugas terlalu sering dan banyak, akan dapat menimbulkan keluhan siswa,
d.      Dapat menurunkan minat belajar siswa kalau tugas terlalu sulit
e.       Pemberian tugas yangmonoton dapat menimbulkan kebosanan siswa apabila terlalu sering.
f.       Khusus tugas kelompok juga sulit untuk dinilai siapa yang aktif.


Tehnik Pemberian Tugas (skripsi dan tesis)


Tehnik pemberian tugas biasa digunakan dengan tujuan agar siswa memilikihasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihanselama melakukan tugas; sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatudapat lebih terintegrasi. Hal itu terjadi disebabkan siswa mengalami situsia ataupengalaman yang berbeda, waktu menghadapi masalah-masalah baru. Disampingitu untuk memperoleh pengatahuan pada saat melaksanakan tugas akanmemperluas dan memperkaya pengetahuan serta keterampilan siswa di sekolah,melalui kegiatan diluar sekolah itu.Dengan kegiatan melaksanakan tugas siswa aktif belajar; dan merasaterangsang untuk meningkatkan belajar yang lebih baik, memupuk inisiatif danberani betrtanggung jawab sendiri. Banyak tugas yang harus dikerjakan siswa,hal-hal tersebut mampu menyadarkan siswa untuk selalu memanfaatkan waktusenggangnya untuk hal-hal yang menunjang belajarnya; dengan mengisi kegiatanyang berguna dan konstruktif.Pada guru diharapkan bila akan menggunakan tehnik ini agar sasaran yangdisebutkan diatas dapat tercapai, maka perlu mempertimbangkan apakah tujuan-tujuan yang akan dicapai dengan tugas itu cukup jelas? Cukup dipahami olehsiswa, sehingga mereka melaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Begitu jugatugas yang anda berikan cukup jelas bagi siswa, sehingga mereka tidak bertanya-tanya lagi apa yang harus dikerjakan, dan apa yang menjadi tugasnya.

Setelah siswa telah memahami tujuan dan makna tugas, maka mereka akanmelaksanakan tugas dengan belajar sendiri, atau mencari nara sumber sesuaidengan tujuan yang telah digariskan dan penjelasan dari guru. Dalam proses iniguru perlu mengontrol, pelaksanaan tugas itu, apakah dikerjakan dengan baik,apakah dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak dikerjakan oleh orang lain, maka perludiawasi dan diteliti.Sebab itu dalam pelaksanaan tehnik pemberian tugas perlu memperhatikanhal-hal sebagai berikut: (1) Merumuskan tujuan khusus dari tugas yang diberikan,(2) Pertimbangkan betul-betul apakah pemilihan tehnik pemberian tugas itu telahtepat dapat mencapai tujuan yang anda rumuskan, dan (3) Anda perlumerumuskan tugas-tugas dengan jelas dan mudah dimengerti. (Roestiyah NKdalam Enjang R, 2004)

Mata Pelajaran Geografi (skripsi dan tesis)


Geografi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan dalam segala perwujudan makna: hidup sepanjang hayat, dan dorongan peningkatan kehidupan.  Lingkup bidang  kajiannya  memungkinkan manusia memperoleh  jawaban  atas  pertanyaan dunia sekelilingnya  yang menekankan pada aspek-aspek spasial eksistensi manusia, agar manusia memahami karakteristik dunianya dan tempat hidupnya.
Bidang kajian geografi meliputi muka bumi dan proses-proses yang membentuknya, hubungan antara manusia dengan lingkungan, serta pertalian antara manusia dengan tempat-tempat. Sebagai suatu disiplin integratif, geografi memadukan dimensi-dimensi alam dan manusia di dunia, dalam menelaah manusia, tempat-tempat, dan lingkungannya.

Mata pelajaran Geografi mengembangkan pemahaman siswa tentang organisasi spasial, masyarakat, tempat-tempat, dan lingkungan pada muka bumi. Siswa didorong untuk memahami proses-proses fisik yang membentuk pola-pola muka bumi, karakteristik dan persebaran spasial ekologis di muka bumi, sehingga diharapkan siswa dapat memahami bahwa manusia menciptakan wilayah (region) untuk menyederhanakan kompleksitas muka bumi. Selain itu, siswa dimotivasi secara aktif untuk menelaah bahwa kebudayaan dan pengalaman mempengaruhi persepsi manusia tentang tempat-tempat dan wilayah. 

Pembelajaran Metode Grup Investigation (skripsi dan tesis)


Santyasa mengungkapkan pembelajaran kooperatif tipe GI didasari oleh gagasan John dewey tentang pendidikan, bahwa kelas merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar tentang kehidupan di dunia nyata yang bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial dan antar pribadi. Menurut Winataputra (1992:39) model GI atau investigasi kelompok telah digunakan dalam berbagai situasi dan dalam berbagai bidang studi dan berbagai tingkat usia. Pada dasarnya model ini dirancang untuk membimbing para siswa mendefinisikan masalah, mengeksplorasi berbagai cakrawala mengenai masalah itu, mengumpulkan data yang relevan, mengembangkan dan mengetes hipotesis.
Menurut Depdiknas (2005:18) pada pembelajaran ini guru seyogyanya mengarahkan, membantu para siswa menemukan informasi, dan berperan sebagai salah satu sumber belajar, yang mampu menciptakan lingkungan sosial yang dicirikan oleh lingkungan demokrasi dan proses ilmiah. Menurut Winataputra (1992:63) sifat demokrasi dalam kooperatif tipe GI ditandai oleh keputusan-keputusan yang dikembangkan atau setidaknya diperkuat oleh pengalaman kelompok dalam konteks masalah yang menjadi titik sentral kegiatan belajar. Guru dan murid memiliki status yang sama dihadapan masalah yang dipecahkan dengan peranan yang berbeda. Jadi tanggung jawab utama guru adalah memotivasi siswa untuk bekerja secara kooperatif dan memikirkan masalah sosial yang berlangsung dalam pembelajaran serta membantu siswa mempersiapkan sarana pendukung. Sarana pendukung yang dipergunakan untuk melaksanakan model ini adalah segala sesuatu yang menyentuh kebutuhan para pelajar untuk dapat menggali berbagai informasi yang sesuai dan diperlukan untuk melakukan proses pemecahan masalah kelompok.
Ibrahim, dkk. (2000:23) menyatakan dalam kooperatif tipe GI guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa heterogen dengan mempertimbangkan keakraban dan minat yang sama dalam topik tertentu. Siswa memilih sendiri topik yang akan dipelajari, dan kelompok merumuskan penyelidikan dan menyepakati pembagian kerja untuk menangani konsep-konsep penyelidikan yang telah dirumuskan. Dalam diskusi kelas ini diutamakan keterlibatan pertukaran pemikiran para siswa.
Slavin (dalam Asthika, 2005:24) mengemukakan tahapan-tahapan dalam menerapkan pembelajaran kooperatif GI adalah sebagai berikut:
a.    Tahap Pengelompokan (Grouping)
Tahap mengidentifikasi topik yang akan diinvestigasi serta mebentuk kelompok investigasi, dengan anggota tiap kelompok 4 sampai 5 orang. Pada tahap ini: 1) siswa mengamati sumber, memilih topik, dan menentukan kategori-kategori topik permasalahan, 2) siswa bergabung pada kelompok-kelompok belajar berdasarkan topik yang mereka pilih atau menarik untuk diselidiki, 3) guru membatasi jumlah anggota masing-masing kelompok antara 4 sampai 5 orang berdasarkan keterampilan dan keheterogenan.
b.     Tahap Perencanaan (Planning)
Tahap Planning atau tahap perencanaan tugas-tugas pembelajaran. Pada tahap ini siswa bersama-sama merencanakan tentang: (1) Apa yang mereka pelajari? (2) Bagaimana mereka belajar? (3) Siapa dan melakukan apa? (4) Untuk tujuan apa mereka menyelidiki topik tersebut?

Misalnya pada topik Bangun Datar, pada tahap ini: 1) siswa belajar tentang jenis-jenis bangun datar beserta cara menghitung luasnya 2) siswa belajar dengan menggali informasi, bekerjasama dan berdiskusi, 3) siswa membagi tugas untuk memecahkan masalah topik tersebut, mengumpulkan informasi, menyimpulkan hasil investigasi dan mempresentasikan di kelas, dan (4) siswa belajar untuk mengetahui asal mula dari rumus luas bangun datar tersebut.
c.    Tahap Penyelidikan (Investigation)
Tahap Investigation, yaitu tahap pelaksanaan proyek investigasi siswa. Pada tahap ini, siswa melakukan kegiatan sebagai berikut: 1) siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat simpulkan terkait dengan permasalahan-permasalahan yang diselidiki, 2) masing-masing anggota kelompok memberikan masukan pada setiap kegiatan kelompok, 3) siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi dan mempersatukan ide dan pendapat. Misalnya: 1) siswa menemukan cara-cara pembuktian rumus luas bangun datar, 2) siswa mecoba cara-cara yang ditemukan dari hasil pengumupulan informasi terkait dengan topik bahasan yang diselidiki, dan 3) siswa berdiskusi, mengklarifikasi tiap cara atau langkah dalam pemecahan masalah tentang topik bahasan yang diselidiki.
d.   Tahap Pengorganisasian (Organizing)

Yaitu tahap persiapan laporan akhir. Pada tahap ini kegiatan siswa sebagai berikut: 1) anggota kelompok menentukan pesan-pesan penting dalam proteknya masing-masing, 2) anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan bagaimana mempresentasikannya, 3) wakil dari masing-masing kelompok membentuk panitia diskusi kelas dalam presentasi investigasi.,
e.     Tahap Presentasi (Presenting)
Tahap presenting yaitu tahap penyajian laporan akhir. Kegiatan pembelajaran di kelas pada tahap ini adalah sebagai berikut: (1) penyajian kelompok pada keseluruhan kelas dalam berbagai variasi bentuk penyajian, (2) kelompok yang tidak sebagai penyaji terlibat secara aktif sebagai pendengar, (3) pendengar mengevaluasi, mengklarifikasi dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan terhadap topik yang disajikan. Misalnya: 1) siswa yang bertugas untuk mewakili kelompok menyajikan hasil atau simpulan dari investigasi yang telah dilaksanakan, 2) siswa yang tidak sebagai penyaji, mengajukan pertanyaan, saran tentang topik yang disajikan, 3) siswa mencatat topik yang disajikan oleh penyaji.
f.      Tahap evaluasi (evaluating)
Pada tahap evaluating atau penilaian proses kerja dan hasil proyek siswa. Pada tahap ini, kegiatan guru atau siswa dalam pembelajaran sebagai berikut: 1) siswa menggabungkan masukan-masukan tentang topiknya, pekerjaan yang telah mereka lakukan, dan tentang pengalaman-pengalaman efektifnya, 2) guru dan siswa mengkolaborasi, mengevaluasi tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan, 3) penilaian hasil belajar haruslah mengevaluasi tingkat pemahaman siswa. Misalnya: 1) siswa merangkum dan mencatat setiap topik yang disajikan, 2) siswa menggabungkan tiap topik yang diinvestigasi dalam kelompoknya dan kelompok yang lain, 3) guru mengevaluasi dengan memberikan tes uraian pada akhir siklus.
Group Investigation merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Model Group Investigation dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
Dalam metode Group Investigation terdapat tiga konsep utama, yaitu: penelitian atau enquiri, pengetahuan atau knowledge, dan dinamika kelompok atau the dynamic of the learning group, (Udin S. Winaputra, 2001:75). Penelitian di sini adalah proses dinamika siswa memberikan respon terhadap masalah dan memecahkan masalah tersebut. Pengetahuan adalah pengalaman belajar yang diperoleh siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan dinamika kelompok menunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok saling berinteraksi yang melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling bertukar pengalaman melaui proses saling beragumentasi.  Dalam pembelajaran kooperatif model GI ini guru menyediakan sumber dan fasilitator. Guru memutar diantara kelompok-kelompok memperhatikan siswa mengatur pekerjaan dan membantu siswa mengatur pekerjaannya dan membantu jika siswa menemukan kesulitan dalam interaksi kelompok.
Para guru yang menggunakan metode GI umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 sampai 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen, (Trianto, 2007:59). Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan mempresentasikan laporannya di depan kelas.
Tahapan-tahapan kemajuan siswa di dalam pembelajaran yang menggunakan metode Group Investigation untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut, (Slavin, 1995) dalam Siti Maesaroh (2005:29-30): Enam Tahapan Kemajuan Siswa di dalam Pembelajaran Kooperatif dengan Metode Group Investigation

a.         Tahap I
Mengidentifikasi topik dan membagi siswa ke dalam kelompok.Guru  memberikan kesempatan bagi siswa untuk memberi kontribusi apa yang akan mereka selidiki. Kelompok dibentuk berdasarkan heterogenitas.
b.        Tahap II
Merencanakan tugas. Kelompok akan membagi sub topik kepada seluruh anggota. Kemudian membuat perencanaan dari masalah yang akan diteliti, bagaimana proses dan sumber apa yang akan dipakai.
c.         Tahap III
Membuat penyelidikan. Siswa mengumpulkan, menganalisis dan mengevaluasi informasi, membuat kesimpulan dan mengaplikasikan bagian mereka ke dalam pengetahuan baru dalam mencapai solusi masalah kelompok.
d.        Tahap IV
Mempersiapkan tugas akhir. Setiap kelompok mempersiapkan tugas akhir yang akan dipresentasikan di depan kelas.
e.         Tahap V
Mempresentasikan tugas akhir. Siswa mempresentasikan hasil kerjanya. Kelompok lain tetap mengikuti.
f.     Tahap VI

Evaluasi.

Ciri-ciri Metode Pembelajaran Kooperatif (skripsi dan tesis)



Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah; (1) belajar bersama dengan teman, (2) selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman, (3) saling mendengarkan pendapat di antara anggota kelompok, (4) belajar dari teman sendiri dalam kelompok, (5) belajar dalam kelompok kecil, (6) produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat, (7) keputusan tergantung pada siswa sendiri, (8) siswa aktif (Stahl, 1994).

Tujuan Pembelajaran Kooperatif (skripsi dan tesis)


Pengembangan pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mencapai hasil belajar, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Masing-masing tujuan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: (a) Pencapaian Hasil Belajar. Slavin dan para ahli lain percaya bahwa memusatkan perhatian pada kelompok pembelajaran kooperatif dapat mengubah norma budaya anak muda dan membuat budaya lebih dapat menerima prestasi menonjol dalam berbagai tugas pembelajaraan akademik. Disamping merubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan pada siswa yang bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik, baik kelompok bawah maupun kelompok atas. Siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah. Dalam proses tutorial ini, siswa kelompok atas akan meningkat kemampuan akademiknya karena memberi pelayanan sebagai tutor kepada teman sebaya yang membutuhkan pemikiran lebih mendalam tentang hubungan ide-ide yang terdapat di dalam materi tertentu.
(b). Penerimaan Terhadap Keragaman. Efek penting yang kedua dari model pembelajaran kooperatif ialah penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, tingkat social, kemampuan, maupun ketidakmampuan. Goldon Allport (1954) mengemukakan telah diketahui bahwa banyak kontak fisik saja diantara orang-orang yang berbeda ras tau kelompok etnik tidak cukup untuk mengurangi kecurigaan dan perbedaan ide. Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, serta belajar untuk menghargai satu sama lain.

(c). Pengembangan Keterampilan Sosial. Tujuan penting ketiga ialah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Ketarampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat, banyak kerja orang dewasa dilakukan dalam organisasi yang bergantung satu sama lain dalam masyarakat meskipun bergam budayanya. Sementara itu banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial. Situasi ini dibuktikan dengan begitu sering terjadi suatu pertikaian kecil antar individu dapat mengakibatkan tidakan kekerasan, atau betapa sering orang menyatakan ketidakpuasan ketika diminta untuk bekerja dalam situasi kooperatif. Selain unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit, model ini sangat berguna untuk membantu siswa menumbuhkan kemampuan kerja sama.