Thursday, June 29, 2023

Standar Auditing

 


Pada januari 2013 Indonesia resmi mengadopsi Internasional
Standar on Auditing (ISA). Dalam Tuannakota (2015: 56-60) berikut
beberapa contoh dari perbedaan ISA dan Standar Profesi Akuntan Publik
(SPAP) yang lama yaitu:
1. Penekanan pada risiko
Audit berbasis ISA tidak lain dari audit risiko (risk-based audit).
SPAP tidak mengabaikan aspek resiko, Bahkan istilah-istilah risiko
seperti inharent risk, control risk, detection risk dan audit risk sudah
dikenal dalam SPAP. Hal yang berbeda adalah tekanan yang sangat
besar pada risiko, dalam setiap tahap audit. Tahap audit yang pertama
dan kedua bahkan menggunakan istilah risiko; tahap pertama, risk
assesment dan tahap kedua, risk respon. Meskipun tahap ketiga tidak
menggunakan istilah risiko, nuansa ini dalam tahap ketiga sangat kental
terlihat dalam ISA tentang tahap ketiga (pelaporan).
2. Standar berbasis prinsip
Standar-standar terbitan IFAC adalah standar berbasis prinsip
(principles-based standars), yang merupakan perubahan dari SPAP
sebelumnya yang berbasis aturan (rules-based standars). Dalam standar
berbasis aturan (rules-based standards), lembaga yang 
menetapkan standar (standard-setting body) menetapkan langkah demi
langkah dengan banyak petunjuk teknis yang diharapkan membantu
auditor mencapai tujuan. Ada dua sifat yang membedakan standar
berbasis aturan dari standar berbasis prinsip. Pertama, standar berbasis
aturan sangat rumit dan memberi kesan eksak atau tepat. Kedua, standar
berbasis aturan mengekang kearifan profesional.
3. Pengukuran berkesan eksak
ISA tidak mengabaikan model matematis. Namun, ISA
memberikan keleluasan menerapkan kearifan profesional, terutama jika
model matematis menimbulkan keraguan yang besar. Pendekatan
matematis semata-mata membuat auditor menjadi robot. Mentalitas
robot ini juga terllihat dalam mengisi daftar penguji (check list) yang
seharusnya merupakan alat bantu bagi auditor untuk berpikir. Dalam
praktiknya, alat bantu ini justru membuat auditor berhenti berpikir.
Salah satu sifat dari model-model matematis, ialah kerumitannya.
Kerumitan atau kompleksitas model matematis sering memberikan
kesan keliru, seolah-olah model itu seperti black box yang memberikan
jawaban yang precise atau exact. Gagasan mengenai profesional
judgement sebenarnya bukan barang baru. Mahasiswa auditing tahun
1960-an mengenalnya lewat penelitian dasar dan tulisan Mautz dan
Sharaf, Philosophy of Auditing. Namun, dalam praktiknya, kotak hitam
dan model matematis diterapkan secara otomatis. Penekanan pada
penerapan profesional judgement merupakan contoh perubahan yang
mendasar ISA. 
4. Gunakan kearifan profesional
Dalam praktik akuntan publik, ini berarti keterlibatan partner
mempunyai keterlibatan partner yang mempunyai pengalaman (jam
terbang dan kepakaran dalam industri tertentu atau jenis audit tertentu),
pendidikan dan pelatihan yang tepat dengan penugasannya, dan ciri- ciri
kepribadian tertentu seperti sikap skeptis (professional skepticism atau
kewaspadaan profesional). Jika keputusan audit yang penting dibuat
oleh asisten yang belum berpengalaman, ISAs menegaskan bahwa
auditnya tidak sesuai dengan ISAs.
5. Senantiasa terapkan kewaspadaan profesional
Kewaspadaan profesional adalah konsep lama dengan makna
baru. Kewaspadaan profesional dalam makna lama, terbatas pada sikap
waspada jika ada bukti-bukti awal (seperti pengujian beberapa sample)
yang mencurigakan. Makna baru dalam konsep kewaspadaan
profesional ialah, auditor sejak awal (bahkan sebelum menerima
penugasan audit) harus waspada, calon kliennya pun bisa
membohonginya dengan melakukan manipulasi laporan keuangan.

No comments:

Post a Comment