Wednesday, January 17, 2018

Pengukuran Prestasi Belajar (skripsi dan tesis)


Pengukuran keberhasilan belajar siswa dapat ditentukan dengan mengukur ranah siswa itu sendiri, baik dari ranah cipta, ranah rasa, ranah karsa. Atau yang biasa dikenal dengan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Adapun pengertian dari penilaian ke tiga ranah tersebut adalah sebagai berikut :
a.    Evaluasi prestasi kognitif.
Mengukur keberhasilan belajar siswa yang berdimensi kognitif (ranah cipta) dapat dilakukan dengan berbagai cara baik dengan tes tertulis maupun tes lisan dan perbuatan.
b.    2) Evaluasi prestasi afektif
Mengukur keberhasilan belajar siswa yang berdimensi afektif (ranah rasa) dapat dilakukan dengan menggunakan skala yang bertujuan untuk mengetahui kecenderungan atau sikap orang yang akan diukur.
c.    3) Evaluasi prestasi psikomotor.

Mengatur keberhasilan belajar siswa yang berdimensi psikomotor (ranah karsa) dapat dilakukan dengan observasi. Observasi dalam hal ini dapat diartikan sebagai “Jenis tes mengenai peristiwa, tingkah laku atau peristiwa-peristiwa tertentu”. (Muhibbin Syah, 2000 : 151)

Pengertian Prestasi Belajar (skripsi dan tesis)


Kata prestasi belajar terbentuk dari dua suku kata dasar yaitu prestasi dan belajar. Menurut WJS Poerwadarminto (2004 : 768) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “Hasil yang telah dicapai”. Sedangkan menurut Muhibbin Syah (2000 : 150) bahwa prestasi adalah “Hasil belajar yang meliputi seluruh ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa”. Sedangkan menurut Abin Syamsuddin Makmun (1983 : 430) mengatakan bahwa “Prestasi belajar adalah kecakapan nyata (actual ability) yang menunjukan kepada aspek kecakapan yang segera dapat didemonstrasikan dan diuji sekarang juga atau dengan kata lain prestasi belajar adalah kemampuan seseorang dalam menguasai suatu masalah setelah melalui ujian tertentu”.

Belajar sendiri dapat diartikan sebagai sebagai “Suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang yang dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti adanya perubahan dalam pengetahuan, sikap, pemahaman, tingkah laku, keterampilan, kecakapan, dan kemampuan serta perubahan-perubahan aspek lainnya pada individu belajar”. (Nana Sudjana, 2008 : 17). Belajar dapat juga diartikan sebagai “Suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. (Slameto 2005 : 2).

Pengertian Prestasi Belajar (skripsi dan tesis)


             Menurut Sumaryana (1994:17), “Prestasi belajar adalah kemampuan seseorang dalam menguasai sejumlah program setelah memperoleh hasil yang memuaskan. Prestasi itu dapat dilambangkan dalam angka (nilai), sehingga mencerminkan keberhasilan belajar atau prestasi belajar siswa dalam periode tertentu.”
          Menurut Supriyoko (1998 : 63) “ jenis sekolah atau lembaga pendidikan formal yang bertujuan untuk menyiapkan para lulusannya agar dapat langsung memasuki dunia kerja sesuai dengan bidang keahlian yang diperoleh selama mengikuti proses belajar mengajar.”
          Selanjutnya menurut Sudjana (2006:56), prestasi hasil belajar adalah proses penentuan tingkat kecakapan penguasaan belajar seseorang dengan cara membandingkannya dengan norma tertentu dalam sistem penilaian yang disepakati. 

   Jadi Prestasi Belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan perubahan yang dilakukan seseorang dengan sengaja sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku yang positif.

Pengertian Belajar (skripsi dan tesis)


(1).  Belajar menurut Gagne dikutip oleh Dimyati (2009:10)  ”kegiatan yang komplek”
(2).  Belajar adalah ”suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap” (W.S. Winkel, 1990:36).
(3). Sumasi  Suryabrata    menyatakan  bahwa  belajar  itu       sebagai  berikut : (1) belajar  itu  membawa  perubahan (2)  perubahan  itu  pada  pokoknya  adalah didapatkannya kecakapan baru (3) perubahan itu terjadi karena usaha yang disengaja (Sumadi Suryabrata, 2008:248).

Belajar pada dasarnya adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap yang dapat diperoleh, diantaranya, melalui pengalaman.  Pengalaman dapat berupa interaksi dengan lingkungan eksternal dan melibatkan proses yang tidak nampak.  Belajar merupakan proses untuk memperoleh prestasi hasil belajar.  Belajar juga merupakan perilaku aktif siswa dalam menghadapi lingkungan untuk mendapatkan pengalaman, pengetahuan, pemahaman, dan makna. 

Pengertian Prestasi (skripsi dan tesis)


 Setiap kegiatan belajar mengajar akan menghasilkan suatu perubahan yaitu prestasi. Hasil belajar ini dapat terlihat dalam bentuk prestasi. Prestasi berkaitan erat dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan hingga seberapa jauh kemampuan yang dimiliki dalam menghadapi ujian untuk menyelesaikan soal-soal dengan baik. Menurut Sumarya (1994:17) “prestasi adalah kemampuan seseorang dalam menguasai sejumlah program setelah memperoleh hasil yang memuaskan”. Prestasi adalah hasil yang dicapai setelah seorang dalam melakukan kegiatan. Ada 5 aspek yaitu : (1) kemampuan (2) intelektual (3) strategi kognitif (4) informasi verbal (5) sikap dan Ketrampilan. (Sunarto, 2009:290).
         Sumadi Suryabrata menyatakan bahwa belajar itu sebagai berikut :
1). Belajar itu membawa perubahan
2). Perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru

3). Perubahan itu terjadi karena usaha yang disengaja. (Sumadi Suryabrata, 2008: 248).

Pengertian Tutor Sebaya (skripsi dan tesis)


Tutor sebaya adalah sekelompok siswa yang telah tuntas terhadap bahan pelajaran, memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan pelajaran yang dipelajarinya (Suherman, 2003). Bantuan belajar oleh teman sebaya dapat menghilangkan kecanggungan. Bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami, selain itu dengan teman sebaya tidak ada rasa enggan, rendah diri, malu, dan sebagainya, sehingga diharapkan siswa yang kurang paham tidak segan-segan untuk mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya (Nana Syaodih Sukmadinata, 2007).
Komuniksi secara verbal (mathematical conversation) merupakan “a tool for measuring growth in understanding, allow participapants to learn about the mathematical constructions from others, and give participants opportunities to reflect on their own mathematical understanding”, yang berarti bahwa komunikasi secara verbal merupakan alat untuk meningkatkan pemahaman, dengan membimbing siswa untuk belajar dari siswa lainnya, dan memberikan kesempatan kepada siswa itu untuk merefleksikan pemahaman mereka (Asikin, 2002). Inti dari metode pembelajaran tutor sebaya adalah pembelajaran yang pelaksanaannya dengan membagi kelas dalam kelompok-kelompok kecil, yang sumber belajarnya bukan hanya guru melainkan juga teman sebaya yang pandai dan cepat dalam menguasai suatu materi tertentu. Dalam pembelajaran ini, siswa yang menjadi tutor hendaknya mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan teman lainnya, sehingga pada saat dia memberikan bimbingan ia sudah dapat menguasai bahan yang akan disampaikan (Sutamin, 2007).
Model pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok kecil sangat cocok digunakan dalam pembelajaran matematika dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa sehingga siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dikelas dan siswa menjadi terampil dan berani mengemukakan pendapatnya dalam proses pembelajaran (Bambang Ribowo, 2006) Model pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok kecil dapat meningkatkan hasil belajar siswa dimana semua siswa aktif, siswa sangat antusias dalam melaksanakan tugas, semua perwakilan kelompok berani mengerjakan tugas didepan kelas, siswa berani bertanya dan respon siswa yang diajar sangat tinggi (Riyono, 2006).
Penerapan metode belajar mahasiswa aktif yang bervariasi dan pelaksanaan tutorial, serta adanya system evaluasi yang konsisten cukup efektif digunakan dalam perkuliahan yang ditunjukkan dengan peningkatan aktivitas belajar dan prestasi belajar mahasiswa. Pelaksanaan tutorial teman sebaya dapat membantu mahasiswa dalam mengatasi kesulitan belajar terutama dalam mengerjakan soal-soal latihan [7].
Penerapan model pembelajaran tutor sebaya telah terbukti efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa yang terbukti signifikan dimana peningkatan tersebut terlihat dalam setiap siklus belajar. Keunggulan model pembelajaran tutor sebaya juga ditunjukkan oleh ketuntasan belajar siswa yang mengalami peningkatan [9]. Pada kasus pembelajaran Matematika, model pembelajaran tutor sebaya lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran konvensional dalam hal meningkatkan hasil belajar siswa [8]. Peer tutoring dan peer assessment merupakan solusi termudah dan solusi dalam menghadapi kendala-kendala dalam pembelajaran komputer terutama disekolah-sekolah yang belum memiliki sarana dan prasarana memadai, tenaga pengajar yang kurang, jumlah siswa dikelas yang sangat besar, dan dana yang terbatas. Pembelajaran dengan memanfaatkan peer tutoring dan peer assessment ternyata mampu mengoptimalkan pembelajaran komputer, yang pada akhirnya mampu meningkatkan kemampuan siswa sesuai dengan tuntutan kompetensi sekarang ini (Arikunto, 2006). Metode belajar yang paling baik adalah dengan mengajarkan kepada orang lain. Oleh karena itu, pemilihan model pembelajaran tutor sebaya sebagai strategi pembelajaran akan sangat membantu siswa di dalam mengajarkan materi kepada teman-temannya (Amin Suyitno, 2004)
Dalam arti luas sumber belajar tidak harus selalu guru. Sumber belajar dapat orang lain selain guru, melainkan teman dari kelas yang lebih tinggi, teman sekelas atau keluarganya dirumah. Sumber belajar bukan guru dan dan berasal dari orang lain yang lebih pandai disebut tutor. Ada dua macam tutor, yaitu tutor sebaya dan tutor kakak. Tutor sebaya adalah teman sebaya yang lebih pandai (Suherman, E dkk. 2003).
Tutor sebaya adalah seseorang atau beberapa oramg siswa yang ditunjuk oleh guru sebagai pembantu guru dalam melakukan bimbingan terhadap kawan sekelas. Dengan system pembelajaran menggunakan tutor sebaya akan membantu siswa yang nilainya dibawah KKM atau kurang cepat menerima pelajaran dari guru diantara mata pelajaran. Tutor dapat diterima (disetujui) oleh siswa yang mendapat program perbaikan sehingga siswa tidak mempunyai rasa takut atau enggan bertanya kepadanya. Tutor dapat menerangkan bahan perbaikan yang dibutuhkan oleh siswa yang menerima program perbaikan. Tutor tidak tinggi hati, kejam atau keras hati terhadap social kawan. Tutor mempunyai daya kreatifitas yang cukup untuk memberikan bimbingan, yaitu dapat menerangkan pelajaran kepada kawan. (Arikunto, 2006)

Model tutorial merupakan cara penyampaian bahan pelajaran yang telah dikembangkan dalam bentuk modul untuk dipelajari siswa secara mandiri. Tutor berfungsi sebagai tukang atau pelaksana mengajar yang cara mengajarnya telah disiapkan secara khusus dan terperinci. Untuk menghidupkan suasana kompetitif, setiap kelompok harus terus dipacu untuk menjadi kelompok yang terbaik. Oleh karena itu, selain aktivitas anggota kelompok, peran ketua kelompok atau tutor sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan kelompok dalam mempelajari materi ajar yang disajikan (M. Saleh Muntasir, 1985).

Pengertian Tutor (skripsi dan tesis)


Secara etimologi, tutor adalah guru pribadi, tenaga pengajar ekstra atau memberi les/pengajaran. Adapun yang dimaksud dengan pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan (UU No 20 2005). Dimana tutor merupakan sebutan bagi orang yang mengajar dalam pendidikan non-formal, walaupun yang menjadi tutor adalah seorang guru dalam pendidikan formal.
Metode tutorial merupakan cara penyampaian bahan pelajaran yang telah dikembangkan dalam bentuk modul untuk dipelajari siswa secara mandiri. Siswa dapat mengkonsultasikan tentang masalah-masalah dan kemajuan yang ditemui secara periodik (Nasution, 2003). Metode ini biasanya dilakukan pada SMP Terbuka, Paket A,B,C dan belajar jarak jauh dengan tatap muka terjadwal  (Martinis Yamin, 2004).
Pendekatan tutorial merupakan pendekatan belajar sendiri oleh  murid, menurut kecepatan masing-masing siswa untuk melaksanakan proses perkembangan pendidikan secara mandiri. Para tutor yang telah terlatih dalam menggunakan Pedoman Belajar Mengajar membawakannya dengan langkah-langkah sebagaimana diperintahkan di dalam Pedoman itu, pada jam-jam tertentu yang telah ditetapkan. Langkah-langkah itu ada beberapa macam, sesuai dengan sifat bahan pelajaran, sehingga tutor akan mengajar secara berlainan pada waktu membawakan bagian modul satu ke bagian modul yang lain.
Namun pola umum yang dilakukan para tutor adalah meminta murid-murid membuka buku pelajaran, menanyakan suatu pelajaran, memuji jawaban yang benar, meluruskan jawaban yang salah, menggilir latihan, mengetes, dan memaraf pedoman itu manakala telah selesai diajarkan.
Tutor mengadakan evaluasi pada tiap-tap bagian modul yang memang telah diajarkan guna mengetahui apakah tujuan pengajaran telah dicapai atau belum. Apabila belum sesuai dengan apa yang diharapkan, maka seorang tutor harus mengulang materi sehingga sang murid dapat menguasai materi secara keseluruhan atau tidak pindah dari modul satu ke modul yang lain karena tujuan belum tercapai.
Seorang guru di sini sebagai pengawas, mengawasi jalannya Pengajaran Terprogram, mereka membantu mengatur kelompok, menyesuaikan jadwal, membantu mengatasi kesulitan, menyempurnakan kompetensi yang belum dicapai secara sempurna dan mengelola keseluruhan administrasi pendidikan di sekolah tersebut (Saleh Muntasir,1985).
Tugas seorang guru juga melatih para tutor untuk mengajar berdasarkan pedoman program silabus seperti pada butir (1). Hubungan antara tutor dengan anak-anak adalah hubungan antar kakak-adik atau antar kawan; kekakuan seperti yang ada pada guru agar dihilangkan. Bersama-sama para tutor yang lain dan guru, mereka menjadi semacam staf ahli yang mampu mengatasi kesulitan yang dihadapi murid, baik dengan cara satu lawan satu maupun kelompok kecil. Setiap tutor menghadapi empat sampai enam orang. Kelompok ini cukup kecil, sehingga metode mengajar yang ditetapkan berdasarkan teknik program itu memungkinkan setiap anak mendapatkan latihan dalam bentuk giliran lebih banyak. Mereka yang dengan cepat menguasai suatu item pengajaran tidak usah mendapat giliran lagi, sementara mereka yang tidak cepat menguasai akan mendapat giliran terus sampai dapat menguasai. Di sini waktu penguasaan disesuaikan dengan kondisi murid.