Tuesday, October 31, 2023

Shared leadership

 


Kepemimpinan bersama didefinisikan sebagai "proses pengaruh timbal
balik yang simultan, terus-menerus, dalam tim yang ditandai dengan
'kemunculan pemimpin baru' pemimpin resmi maupun tidak resmi" (Pearce C.
L., 2004). Berbeda dengan dahulu yang dimana setiap keputusan hanya bisa
dikeluarkan oleh para pemimpin atau bahkan pemilik industry. Namun dengan
diterapkannya shared leadership akan muncul pemimpin-peminpin baru di
dalam satu tim yang tujuannya untuk efektifitas dalam setiap pengambilan
keputusan, artinya tidak perlu menunggu pemimpin ketika ingin memutuskan
sesuatu, ketika semua anggota dalam tim setuju pemimpin tidak bisa hadir
informasi dari pertemuan dengan tim tersebut dapat diberikan kepada
pemimpin dan ketika pemimpin sudah setuju dengan hasil pertemuan tersebut
bisa dilakukan pengambilan keputusan walaupun pemimpin sedang tidak ada
dilokasi, atau bisa saja ketika terjadi masalah yang saat itu pemimpin tidak
ada ditempat dan pengambilan keputusan harus dilakukan untuk segera
menyelesaikan keputusan tersebut, tim bisa melakukan pertemuan dan
langsung melakukan pengambilan keputusan untuk menutup penyelesaian
masalah tersebut walaupun nantinya hal tersebut perlu disampaikan kepada
pemimpin perusahaan.
Kepemimpinan bersama secara konseptual berbeda dari
kepemimpinan bergilir. Dalam kepemimpinan bergilir (Erez, Lepine, & Elms,
2002), disebutkan bahwa banyak pemimpin muncul tergantung pada tugas dan
siapa yang dirasa paling tepat untuk dipimpin oleh anggota tim pada saat itu.
Kesamaan antara kepemimpinan bersama dan kepemimpinan yang dirotasi
adalah bahwa selama proyek, mungkin tidak ada satu pemimpin yang
konsisten. Dengan kata lain, lebih dari satu orang dapat memimpin.
Perbedaannya adalah bahwa dalam kepemimpinan bergilir hanya ada satu
pemimpin yang dirancang pada satu waktu. Dalam kepemimpinan bersama,
kepemimpinan terus-menerus dibagikan. Artinya setiap individu didalam tim
mendapatkan kepercayaan yang sama mengingat tidak ada kepemimpinan
resmi atau paten dalam suatu team. Hal ini membuat motivasi tersendiri dan
setiap anggota mendapatkan beban yang sama dalam setiap pekerjaan yang
dijalankan. Kepemimpinan bersama telah digambarkan sebagai proses
pengaruh interaktif (Pearce dan Conger 2003, hal. 1), di mana kepemimpinan
dibagi di antara anggota tim daripada berfokus pada satu individu (Carson et
al., 2007). Pearce dan Conger (2003, p. 1) menyatakan bahwa “Proses
pengaruh ini sering melibatkan pengaruh teman sebaya atau lateral dan
pengaruh hierarki ke atas atau ke bawah”
Ada bukti yang menunjukkan bahwa kepemimpinan bersama memiliki
banyak keuntungan organisasi. Menurut (Pearce & Conger, 2003),
kepemimpinan bersama meminimalkan turnover atau tingkat atrisi karyawan
karena ide dimaksimalkan, kendala yang menghambat perkembangan
diminimalkan dan, pada gilirannya, kualitas produksi meningkat dan (dalam
industri tertentu) waktu produksi atau pemrosesan berkurang. Namun, ada
kekurangan bukti empiris yang mengeksplorasi hubungan ini dan faktor
individu dan kontekstual yang mempengaruhi hasil ini. Beberapa penelitian
telah mencoba untuk menguji kondisi yang diperlukan agar kepemimpinan
bersama menjadi efektif. Dalam penelitian lain, telah ditemukan bahwa ketika
keragaman usia rendah, ada efek kuat dari kepemimpinan bersama pada
kinerja tim, dan ketika keragaman usia tinggi, kepemimpinan bersama
cenderung tidak mempengaruhi kinerja tim (Hoch, Welzel, & Pearce, The
most effective team leadership is shared: the impact of shared leadership,
diversity, and coordination on team performance, 2010). Hal ini terjadi
mungkin karena pemahaman yang dimiliki antara usia rendah dan usia tinggi
yang berbada dari pengalaman dan masa yang mereka hadapi, namun hal
tersebut perlu dilakukan pengujian lagi agar ditemukan alasan yang
sebenarnya. Secara keseluruhan, pengetahuan yang ditingkatkan diperlukan
untuk memahami prasyarat untuk lingkungan kepemimpinan bersama yang
sukses. Saat ini, sedikit yang diketahui tentang bagaimana individu dalam
lingkungan kepemimpinan bersama terlibat dalam komunikasi terbuka atau
transparansi, bagaimana kepribadian, nilai dan budaya individu dapat
mempengaruhi sikap terhadap orang lain dalam kelompok, atau bagaimana
umpan balik yang konstruktif dapat diberikan dengan cara yang kondusif bagi
kepemimpinan bersama yang efektif.
Teori jaringan sosial dan teori pertukaran sosial, dalam beberapa
penelitian, telah digunakan untuk menjelaskan proses kepemimpinan bersama
(Muethel & Hoegl, 2011). Menurut (Homans, 1958), dalam teori pertukaran
sosial, “perilaku sosial bukan hanya pertukaran properti dan materi tetapi juga
pertukaran non-materi, seperti simbol persetujuan atau prestise”. Dari
perspektif pertukaran sosial, kepemimpinan bersama melibatkan pertukaran
pengaruh yang sesuai (Cox, Pearce, & Perry, 2003)

No comments:

Post a Comment