Wednesday, May 13, 2020

Private Label (skripsi dan tesis)

 Terkait dengan ritel atau toko yang paling erat kaitannya adalah mengenai retailer brands. Banyak ritel seperti Walmart mengembangkan dan mempromosikan merek ritel mereka yang berkualitas dengan nama toko atau nama independen mereka sendiri.Brand semacam itu tidak hanya menyediakan margin yang menarik. Brand tersebut juga menjadi atribut yang enting dalam ritel, apabila ritel tersebut mengembangkan dengan baik maka bisa jadi brand tersebut menjadi alasan bagi para konsumen untuk berbelanja (Hawkins&Mothersbough:2015:586). Private label menurut Kotler (2006) adalah “A private label brand ( also called reseller, storem house, or distributor brand ) is one retailers and wholesalers develop. Produk private label adalah salah satu cara peritel untuk memenangkan persaingan untuk merebut segmen konsumen dengan memilih strategi price sensitive (Listiyani, 2011). Tjandrasa (2009), private label merupakan pengembangan dari konsep merek. Merek adalah sebuah nama, istilah, tanda, simbol, desain, atau kombinasi   hal tersebut yang dimaksudkan untuk mengindentifikasi barang atau jasa dari penjual atau kelompok penjual untuk membedakan dari barang atau jasa pesaing

Familiarity (skripsi dan tesis)

 Familiarity berdasarkan Alba dan Hutchinson (1987) adalah seberapa besar merek berkaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan pengalaman yang dimiliki oleh konsumen. Pengalaman dari merek sendiri dapat didapatkan dari ekspose media periklanan tentang merek tersebut, ekspos merek pada suatu toko, dan pembelian atau penggunaan merek yang dapat meningkatkan familiarity. Sebuah merek dikatakan memiliki kedekatan yang tinggi apabila konsumen mengenal dengan baik (familiar) merek tersebut, dan sebaliknya suatu konsumen dikatakan memiliki kedekatan rendah apabila konsumen tidak baik mengenal merek tersebut (unfamiliar) (Kusumasondjaja 2014)). Indikator Familiarity adalah : 1. Pengetahuan produk 2. Kemampuan memberikan informasi mengenai produk

Store Image (skripsi dan tesis)

Store Image atau citra toko adalah persepsi konsumen mengenai semua atribut yang terkait dengan outlet ritel (Hawkins&Mothersbough:2014:583). Sedangkan  Store image menurut (Hartman&Spiro, 2005) adalah kesan total yang diwakili oleh memori yang dirasakan terkait dengan outlet atau ritel yang keduanya terkait dengan memori konsumen. Toko – toko ritel atau pedagang eceran mempunyai citra toko sendiri yang membantu mempengaruhi kualitas sebuah produk dan juga mempengaruhi para konsumen untuk memilih dimana mereka akan berbelanja. Keragaman jenis produk juga mempengarui citra toko atau ritel.Jenis produk yang ingin dibeli konsumen mempengaruhi pilihan mereka terhadap toko ritel, sebaliknya penilaian konsumen terhadap suatu produk seringkali dipengaruhi juga oleh pengetahuan dimana produk tersebut dibeli (Schiffman&Joseph:2015:141). Citra toko dapat terbentuk dalam benak konsumen dalam waktu yang cukup lama setelah melakukan transaksi atau keputusan pembelian dengan ritel dan mengalami banyak pengalaman. Citra merupakan sesuatu yang samar-samar yang abstrak dan tidak dapat dirasakan atau diraba yang hamper tidak dapat diukur, (Wu et al, 2011: 31). Faktor yang mempengaruhi Store Image (Grewal et al.,1998) : 1. Merchandise 2. Store Atmosphere 3. Store Personel

Product Packaging (skripsi dan tesis)

 Definisi kemasan menurut KBBI (Kamus besar Bahasa Indonesia) adalah bungkus pelindung dalam suatu barang dagangan yang dihasilkan dari kegiatan mengemas. Packaging merupakan proses yang terkait dengan perancangan dan pembuatan wadah atau pembungkus suatu produk. (Tjiptono:2002:151). Fungsi pengemasan pada saat ini telah berubah sejalan dengan perubahan style dan gaya hidup konsumen yang cenderung bersifat self service. Pengemasan (packaging) berperan sebagai sarana promosi penjualan yang dapat menstimuli kebiasaan belanja konsumen sehingga dapat mengurangi biaya promosi yang tinggi (Kuyvkaite Dovaliene&Navickiene:2009). Packaging harus menarik dan juga dapat menyampaikan pesan atau infromasi yang diinginkan, berbagai aspek mulai dari warna hingga bentuk dapat memungkinkan interaksi dengan kompleks dalam mempengaruhi persepsi  konsumen dalam membeli. Kemasan dapat memiliki fungsi dan komponen – komponen pembentuk persepsi. Packaging yang baik dengan warna cerah dan bentuk yang tidak biasa dapat digunakan untuk menarik perhatian, menyampaikan informasi dan mempengaruhi pola konsumsi konsumen. Packaging juga berisi informasi dan peringatan produk pertimbangan etis dan hukum yang mengaharuskan pemasar untuk menempatkan label (Hawkins&Mothersbough:2014: 299). Indikator product packaging yang digunakan menurut Kotler dan Wirya adalah : 1. Bahan Terdapat berbagai macam bahan yang digunakan dama sebuah produk seperti botol, plastik, dan logam dan lain-lain. 2. Logo Logo atau merek dagang memiliki sisi penting dalam membangun citra kemasan yang baik seperti komunikatif dan identitas simbol. 3. Warna Konsumen lebih cepat melihat warna kemasan daripada komponen yang lain. 4. Ukuran Ukuran tergantung pada jenis produk yang dibungkus, panjang, lebar maupun tipisnya kemasan

Perceived Risk (skripsi dan tesis)

Persepsi resiko yang dirasakan adalah ketidakpastian yang dihadapi pelanggan ketika mereka tidak dapat melihat atau mengetahui konsekuensi dari keputusan pembelian mereka. Definisi ini menyoroti dua dimensi yang relevan dari risiko yang dirasakan: ketidakpastian dan konsekuensi. Tingkat risiko yang diterima oleh konsumen sendiri untuk mengambil risiko adalah faktor-faktor yang memengaruhi strategi pembelian mereka. Harus ditekankan bahwa konsumen dipengaruhi oleh risiko yang mereka pahami, apakah risiko tersebut benar-benar ada atau tidak. Risiko tidak dirasakan-tidak peduli seberapa nyata tidak akan mempengaruhi perilaku konsumen. Persepsi risiko juga merupakan fungsi dari bagaimana informasi disajikan (Schiffman&Joseph:2015:143). 
 Para konsumen harus terus mengambil tindakan atau keputusan mengenai produk atau jasa yang akan dibeli karena hasil dari keputusan sering tidak pasti, sebab konsumen kadang memikirkan resiko yang akan didapat dalam mengambil keputusan tersebut. Resiko yang dirasakan didefinisikan adalah sebagai sesuatu ketidakpastian yang dihadapi para konsumen apabila tidak bisa meramalkan konsekuensi atau resiko atas keputusan pembelian mereka (Schiffman&Kanuk :2008 :170). Pembelian dari produk melibatkan dan mempertimbangkan resiko yang mungkin tidak seperti apa yang diinginkan. Persepsi resiko berbeda diantara konsumen sebagian bergantung berdasarkan pengalaman dan gaya hidup.Dalam alas an ini maka Perceived Risk adalah resiko yang dirasakan karakteristik konsumen dianggap juga sebagai karakteristik produk (Hawkins&Mothersbough:2014:589). Persepsi konsumen mengenai beberapa resiko, tergantung pada orang, produk bahkan situasi dan budaya. Besarnya resiko yang dirasakan tergantung pada konsumen. Beberapa konsumen cenderung merasakan risiko yang tinggi dan konsumen lainnya merasakan resiko yang kecil. Tingkat resiko yang dirasakan oleh seorang konsumen juga dipengaruhi oleh situasi berbelanja misalnya pada direct mail, ritel tradisional internet dan katalog.terkadang konsumen cenderung lebih memilih direct mail karena lebih memiliki risiko yang cenderung rendah. Orang yang memiliki resiko tinggi tidak akan membeli barang – barang dari internet walaupun terjadi perluasan toko – toko ritel di situs internet. 
 Budaya juga mempengaruhi persepsi risiko. Tidak semua konsumen menunjukkan tingkat persepsi pada tingkat yang sama. Oleh sebab itu, para pemasar yang melakukan bisnis tidak boleh menggeneralisasikan hasil – hasil studi mengenai persepsi resiko konsumen tanpa harus ada mengadakan riset tambahan (Schiffman& Kanuk :2008:172). Menurut (Kotler, dkk 2016) bahwa indikator Perceived Risk :
 1. Risiko sosial. Adalah resiko bahwa pilihan produk yang kurang baik dapat menimbulkan rasa malu dalam lingkungan sosial.
 2. Risiko fungsional. Adalah resiko yang menerangkan bahwa produk tidak mempunyai kinerja seperti apa yang diharapkan sebelumnya. 
3. Risiko finansial Adalah resiko yang menerangkan bahwa pilihan produk tidak akan seimbang dengan harganya..
 Menurut Schiffman dan Kanuk (2008) cara konsumen dalam menangani resiko bermacam-macam. Strategi pengurangan resiko memungkinkan untuk bertindak dengan keyakinan sebelum mengambil keputusan pembelian. Beberapa strategi perngurangan resiko adalah sebagai berikut : 
1 .Konsumen mencari informasi 
Para konsumen mencari informasi mengenai produk dan kategori 
dari mulut ke mulut (kolega, sahabat, rekan yang pendapatnya mereka hargai). Konsumen sering mengaitkan tingkat resiko dalam pembelian dengan berbagai alternatif  produk sehingga membutuhkan informasi yang cukup detail dan banyak. Strategi ini langsung menuju sasaran karena semakin banyak informasi yang didapatkan oleh konsumen mengenai produk maupun kategori produk semakin bisa diramalkan konsekuensi yang akan timbul dengan demikian semakin rendah resiko yang didapatkan.
 2. Konsumen setia kepada merk 
Para konsumen menghindari resiko dengan tetap loyal dan setia kepada merek yang telah memberikan kepuasan kepada mereka daripada memberi merek yang baru yang belum dicoba yang belum tentu sebaik merek yang sebelumnya. Orang yang merasakan resiko tinggi cenderung setia kepada merek yang sudah digunakan. 
3. Konsumen memilih berdasarkan citra merek 
Apabila konsumen tidak memiliki pengalaman mengenai sebuah produk, mereka cenderung mempercayai merek yang terkenal atau yang sudah mereka pakai. Para konsumen cenderung memilih merek terkenal karena dirasa jaminan penuh atas kualitas, keandalan dan kinerja.
 4. Konsumen mengandalkan citra toko 
Apabila konsumen tidak mempunyai informasi tentang mengenai sebuah produk, mereka sering mempercayai penilaian para pegawai toko yang bertugas membeli barang dagangan (merchandise buyer) dari toko yang mempunyai nama baik. Citra toko yang mempunyai nilai baik menanamkan implikasi pengujian produk dan jaminan pelayanan dan penyesuaian jika terjadi ketidakpuasan. 
 5. Konsumen membeli model yang termahal 
Apabila konsumen dalam keadaan keraguan, para konsumen mungkin merasa bahwa model yang paling mahal yang terbaik kualitasnya. 
6. Konsumen mencari jaminan 
Para konsumen yang tidak merasa pasti saat memilih produk, mencari jaminan uang kembali. Konsep mengenai resiko yang dirasakan mempunyai implikasi yang besar dalam memperkenalkan produk baru. Karena orang yang merasakan resiko tinggi kecil kemungkinan untuk memilih produk baru dan inovatif daripada orang yang merasakan resiko rendah. Penting bagi pemasar untuk memberikan strategi pengurangan resiko sehingga dapat meyakinkan konsumen.

Perceived Quality (skripsi dan tesis)

Perceived quality didefinisikan sebagai persepsi konsumen terhadap keluruhan kualitas ataupun keunggulan produk maupun jasa yang berkenaan dengan maksud yang diharapkan. Persepsi kualitas tidak dapat apabila ditetapkan secara ojektif, karena persepsi kualitas merupakan persepsi dan juga melibatkan apa yang diinginkan dan penting bagi pelanggan (Aaker:2018 :124). Produk dan layanan dapat memberikan kualitas tinggi secara faktual. Namun, jika konsumen tidak menganggap bahwa kualitas sebagai produk tersebut baik dan yang memuaskan kebutuhan mereka dan memberikan nilai, mereka tidak akan membelinya ataupun tertarik pada produk tersebut terlepas dari bukti objektif. Kualitas produk dan layanan yang dipersepsikan pada berbagai informasi yang konsumen kaitkan dengan penawaran (Schiffman&Joseph:2015: 137). Purba (2012) mengatakan bahwa persepsi kualitas (perceived quality) adalah sebagai persepsi konsumen mengenai kualitas dan keunggulan produk atau jasa yang berkaitan dengan tujuan yang diharapkan. Persepsi konsumen terhadap kualitas adalah hal yang subjektif karena setiap konsumen memiliki karakteristik dan kepentingan yang berbeda - beda terhadap barang atau jasa. Para konsumen seringkali menilai kualitas produk atau jasa yang ditawarkan atas dasar berbagai informasi yang mereka hubungkan dengan produk. Beberapa informasi ini mengenai sifat instrinsik produk atau jasa yang kemudian diikuti dengan sifat ekstrinsik. Baik secara tunggal ataupun gabungan, berbagai sifat isyarat tersebut memberikan dasar bagi konsumen mengenai persepsi kualitas 15 produk ataupun jasa. Isyarat intrinsik dapat berupa ukuran, warna, rasa atau aroma sedangkan insyarat ekstrinsik dapat berupa seperti harga, kemasan, iklan bahkan dorongan atau motivasi dari teman atau kerabat. Sweeney (2001), menyatakan beberapa indikator persepsi kualitas sebagai berikut: 1. Has consitent quality (kualitas yang konsisten) 2. Is well made (produknya baik) 3. Has an acceptable standard of quality (memenuhi standar kualitas yang ditentukan) 4. Jarang terjadi kecacatan produk 5. Would perform consistenly (kinerja yang konsisten).

Kategori Media Sosial (skripsi dan tesis)

Kotler (2010) mengklasifikasikan media sosial dalam dua kategori besar, yaitu: 1. Media Sosial Ekspresif, yang meliputi blog, Twitter, Youtube, Facebook, situs berbagi gambar seperti Flickr, serta situs jejaring sosial lainnya. 2. Media Sosial Kolaboratif, yang meliputi situs-situs seperti Wikipedia, Rotten Tomatoes, dan Craigslist.