Showing posts with label judul akutansi. Show all posts
Showing posts with label judul akutansi. Show all posts

Monday, March 25, 2024

Indikator Keadilan Kompensasi

 

  1. Keadilan Distributf
    Tjahjono (2011) menambahkan bahwa keadilan
    distributif bersifat transaksional antara organisasi dan
    karyawan. Karyawan termotivasi untuk memperoleh
    kesejahteraan jangka panjang, sehingga distribusi yang adil
    menjadi sangat penting bagi karyawan.
  2. Keadilan Prosedural
    Tjahjono (2011) menegaskan bahwa keadilan prosedural
    merupakan mekanisme yang adil untuk memperoleh
    kesejahteraan yang diharapkan.

Jenis – Jenis Kompensasi

 


Jenis-jenis kompensasi menurut Suparyadi (2015)
kompensasi dibagi menjadi dua macam yaitu : Kompensasi
langsung, yaitu kompensasi merupakan imbalan yang diberikan
kepada karyawan selama karyawan tersebut masih aktif
melaksanakan tugas atau pekerjaan dalam suatu organisasi atau
perusahaan. Kompensasi langsung dapat dibedakan menjadi dua
macam :

  1. Kompensasi finansial :
    a) Gaji, adalah sejumlah uang yang diberikan kepada
    karyawan secara tetap sebagai balas jasa atas kontribusinya
    kepada organisasi atau perusahaan.
    b) Upah, adalah imbalan finansial yang diberikan secara
    langsung yang diberikan kepada karyawan yang didasarkan
    pada jam kerja, jumlah barang yang dihasilkan atau
    banyaknya pelayanan yang diberikan.
    c) Tunjangan, merupakan kompensasi yang diberikan kepada
    karyawan tertentu sebagai imbalan tas pengorbanannya
    sebagai tuntuta pekerjaan yang melebihi karyawan lain,
    baik pikiran tenaga, dan pskilogis.
    d) Insentif, merupakan imbalan finansial yang diberikan
    secara langsung kepada karyawan yang kinerjanya melebihi
    standar yang ditentukan.
  2. Kompensasi non finansial : Kompensasi nonfinansial tidak langsung
    diberikan kepada mereka yang pensiun penuh atau pensiun dini yaitu
    berupa asuransi kesehatan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kompensasi

 


Menurut Mangkunegara (2011) ada enam faktor yang
mempengaruhi kebijakan kompensasi yaitu :

  1. Faktor Pemerintah
    Peraturan pemerintah yang berhubungan dengan penentuan
    standar gaji minimal, pajak penghasilan, penetapan harga bahan
    baku, biaya transportasi/ angkutan, inflasi maupun devaluasi
    sangat mempengaruhi perusahaan dalam menentukan kebijakan
    kompensasi pegawai.
  2. Penawaran Bersama antara Perusahaan dan Pegawai
    Kebijakan dalam menentukan kompensasi dapat dipengaruhi
    pula pada saat terjadinya tawar menawar mengenai besarnya
    upah yang harus diberikan oleh perusahaan kepada pegawainya.
    Hal ini terutama dilakukan oleh perusahaan dalam merekrut
    pegawai yang mempunyai keahlian dalam bidang tertentu yang
    sangat dibutuhkan diperusahaan.
  3. Standard Biaya Hidup Pegawai
    Kebijakan kompensasi perlu dipertimbangkan standard biaya
    hidup minimal pegawai. Hal ini karena kebutuhan dasar
    pegawai harus terpenuhi. Dengan terpanuhinya kebutuhan dasar
    pagawai dan keluarganya, maka pegawai akan merasa aman.
    Terpenuhinya kebutuhan dasar dan rasa aman pegawai akan
    memnungkinkan pagawai dapat bekerja dengan penuh motivasi
    untuk mencapai tujuan perusahaan. Banyak penelitian
    menunjukkan bahwa ada korelasi tinggi antara motivasi kerja
    pegawai dan prestasi kerjanya, ada korelasi positif antara
    motivasi kerja dan pencapaian tujuan perusahaan.
  4. Ukuran Perbandingan Upah
    Kebijakan dalam menentukan kompensasi dipengaruhi pula
    oleh ukuran besar kecilnya perusahaan, tingkat pendidikan
    pegawai, masa kerja pegawai. Artinya, perbandingan tingkat
    upah pegawai perlu memperhatikan tingkat pendidikan, masa
    kerja, dan ukuran perusahaan.
  5. Permintaan dan Persediaan
    Dalam menentukan kebijakan kompensasi pegawai perlu
    mempertimbangkan tingkat persediaan dan permintaan pasar.
    Artinya, kondisi pasar pada saat ini perlu dijadikan bahan
    pertimbangan dalam menentukan tingkat upah pegawai.
  6. Kemampuan Membayar
    Dalam menentukan kebijakan kompensasi pegawai perlu
    didasarkan pada kemampuan perusahaan dalam membayar upah
    pegawai. Artinya, jangan sampai mementukan kebijakan
    kompensasi diluar batas kemampuan yang ada pada perusahaan

Pengertian Kompensasi

 


Kompensasi menurut Singodimedjo dalam Sutrisno (2009)
adalah semua balas jasa yang diterima oleh seorang karyawan dari
perusahaannya sebagai akibat dari jasa atau tenaga yang telah
diberikannya pada perusahaan. Dalam hubungannya dengan
peningkatan produktivitas dan kreativitas para pegawai, suatu
organisasi harus secara efektif dan adil dalam memberikan
kompensasi sesuai dengan beban kerja yang diterima oleh pegawai.
Menurut Suparyadi dalam mangkunegara (2011) kompensasi adalah
keseluruhan imbalan yang dterima oleh karyawan sebagai
penghargaan atas kontribusi yang diberikan kepada organisasi, baik
yang bersifat finansial maupun nonfinansial. Pemberian kompensasi
sangat penting karena merupakan dorongan karyawan.
Definisi berdasarkan Robbins (2008) teori keadilan adalah
teori bahwa individu membandingkan masukan-masukan dan hasil
kerja mereka dengan masukan-masukan hasil kerja orang lain,
kemudian merespon untuk menghilangkan ketidakadilan.
Menurut Simamora dalam Dessler (2009), keadilan
kompensasi terbagi menjadi tiga, yaitu :

  1. Keadilan eksternal tarif upah yang pantas dengan gaji yang
    berlaku untuk pekerjaan-pekerjaan yang serupa di pasar tenaga
    kerja eksternal. Keadilan eksternal dinilai dengan
    membandingkan pekerjaan yang serupa di antara organisasiorganisasi yang terbandingkan. Dua kondisi harus dipenuhi:
    a) Pekerjaan yang sedang diperbandingkan haruslah sama atau
    hampir sama.
    b) Organisasi yang disurvei harus serupa ukuran, misi, dan
    sektornya.
  2. Keadilan internal tingkat gaji yang pantas/ patut dengan nilai
    pekerjaan internal bagi perusahaan. Keadilan internal merupakan
    fungsi dari status relatif sebuah pekerjaan di dalam organisasi,
    nilai ekonomi hasil pekerjaan, atau status sosial sebuah pekerjaan,
    seperti kekuasaan, pengaruh, dan statusnya di dalam hierarki
    organisasi. Keadilan internal berhubungan dengan kemajemukan
    gaji di antara pekerjaan-pekerjaan yang berbeda di dalam sebuah
    organisasi.
  3. Keadilan Individu pekerja merasa bahwa dia diperlakukan secara
    wajar dibandingkan dengan rekan kerjanya. Ketika seorang
    pekerja menerima kompensasi dari perusahaan, persepsi keadilan
    dipengaruhi oleh dua faktor :
    a) Rasio kompensasi terhadap masukan upaya, pendidikan,
    pelatihan, ketahanan akan kondisi kerja yang merugikan dari
    seseorang.
    b) Perbandingan rasio ini dengan rasio pekerja lain yang
    dengannya terjadi kontak langsung

Pengertian Keadilan Kompensasi

 


Keadilan kompensasi adalah faktor penting yang
mempengaruhi bagaimana dan mengapa organisasi bekerja pada
suatu organisasi dan bukan pada organisasi lainnya (Retnaningsih,
2012). Perusahaan harus cukup kompetitif dengan beberapa jenis
keadilam kompensasi untuk mempekerjakan, mempertahankan dan
memberikan imbalan terhadap kinerja setiap individu. Keadilan
kompensasi karyawan merujuk pada semua bentuk upah atau
imbalan yang berlaku dan muncul dari pekerjaan mereka. Keadilan
kompensasi mempunyai dua komponen yaitu : pembayaran
keuangan langsung (dalam bentuk upah, gaji, insentif, komisi dan
bonus) dan pembayaran yang tidak langsung (dalam bentuk
tunjangan keuangan seperti asuransi dan uang liburan yang
diberikan perusahaan atau atasan). Keadilan kompensasi pada
prinsipnya adalah sama akan tetapi bagi karyawan yang prestasinya
beda maka akan memperoleh keadilan kompensasi yang berbeda
pula tergantung pada prestasi kerja mereka

Teori Motivasi

 

  1. Teori X dan Y
    a) Teori X berasumsi bahwa para pekerja tidak suka bekerja, malas,
    tidak menyukai tanggung jawab, dan harus dipaksa untuk
    mengerjakan.
    b) Teori Y berasumsi bahwa para pekerja suka bekerja, kreatif,
    mencari tanggung jawab, dan dapat menyodorkan diri sendiri
    dalam melakukan pekerjaannya.
  2. Teori Dua Faktor dari Herzberg
    Teori dua faktor adalah suatu teori yang mengaitkan faktorfaktor intrinsik dengan kepuasan kerja dan menghubungkan faktor
    ekstrinsik dengan ketidakpuasan kerja. Menurut Herzberg, faktorfaktor yang mengarahkan pada kepuasan pekerjaan adalah terpisah
    dan berbeda dari faktor-faktor yang mengarahkan pada ketidakpuasan
    pekerjaan.
  3. Teori ERG Alderfer
    Alderfer mengidentifikasi tiga kelompok kebutuhan:
    a) Kebutuhan eksistensi : berhubungan dengan kelangsungan hidup
    (kesejahteraan fisiologis).
    b) Kebutuhan hubungan : menekankan pentingnya hubungan sosial
    atau hubungan antar pribadi.
    c) Kebutuhan perkembangan : berhubungan dengan keinginan
    intrinsik individu terhadap perkembangan pribadi.
  4. Teori Kebutuhan Maslow
    Menurut Maslow dalam Robins (2015) mengatakan bahwa
    di dalam diri semua manusia bersemayam lima jenjang kebutuhan,
    yaitu sebagai berikut :
    a) Fisiologis: antara lain rasa lapar, haus, perlindungan (pakaian dan
    perumahan), seks, dan kebutuhan jasmani lain.
    b) Keamanan : antaranya keselamatan dan perlindungan atas
    kerugian fisik dan emosional.
    c) Sosial : mencakup kasih sayang, rasa memiliki, diterima baik, dan
    persahabatan.
    d) Penghargaan : mencakup faktor penghormatan diri seperti harga
    diri, otonomi, dan prestasi; serta faktor dari luar misalnya status,
    pengakuan, dan perhatian.
    e) Aktualisasi diri : dorongan untuk menjadi seseorang/sesuatu
    sesuai ambisinya yang mencakup pertumbuhan, pencapaian
    potensi, dan pemenuhan kebutuhan diri

Indikator Motivasi


Teori McClelland dalam Robbins (2015), menyatakan bahwa
seseorang mempunyai tiga jenis kebutuhan, yaitu need for achievement,
need for power, dan need for affilition. Masing-masing kebutuhan
tersebut dapat dijelaskan menurut sebagai berikut :

  1. Need for power (Kebutuhan Kekuasaan)
    Kebutuhan akan kekuasaan adalah kebutuhan untuk membuat orang
    lain berperilaku dalam suatu cara, dimana orang-orang itu tanpa
    dipaksa tidak akan berperilaku demikian, atau suatu bentuk ekspresi
    dari individu untuk mengendalikan dan mempengaruhi orang lain.
    McClelland menyatakan bahwa kebutuhan akan kekuasaan sangat
    berhubungan dengan kebutuhan untuk mencapai suatu posisi
    kepemimpinan. Secara individu kebutuhan kekuasaan merefleksikan
    kegiatan untuk mempengaruhi, mementor, mengajarkan, dan
    mendorong pencapaian prestasi.
  2. Need for affiliation (Kebutuhan Berafiliasi)
    Seseorang memiliki kebutuhan kerjasama (afiliasi) yang tinggi.
    Kebutuhan akan afiliasi biasanya diusahakan agar terpenuhi melalui
    kerja sama dengan orang lain. Namun demikian perlu dicermati
    bahwa sampai sejauh mana seseorang bersedia bekerjasama dengan
    orang lain dalam kehidupan berorganisasi, tetap dipengaruhi oleh
    persepsinya terhadap apa yang diperolehnya dari usaha kerjasama
    tersebut. Ciri-ciri seorang yang mempunyai motivasi kerjasama
    (afiliasi) yang tinggi adalah lebih suka mempertahankan hubungan,
    lebih suka kerja kelompok, dan menginginkan kasih sayang serta
    pengakuan.
  3. Need for achievement (Kebutuhan Berprestasi)
    Kebutuhan akan prestasi merupakan dorongan untuk mengungguli,
    berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar, dan bergulat
    untuk sukses. Ciri-ciri individu yang memiliki kebutuhan berprestasi
    yang tinggi antara lain :
    a) Suka mengambil resiko yang moderat.
    b) Dalam pandangan mereka, prestasi lebih disebabkan oleh faktor
    mereka sendiri dari pada faktor orang lain.
    c) Memerlukan umpan balik yang cepat terkait dengan keberhasilan
    dan kegagalan mereka.

Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi

 


Memberikan motivasi kepada pegawai oleh pimpinannya
merupakan proses kegiatan pemberian motivasi kerja, sehingga pegawai
tersebut berkemampuan untuk melaksanakan pekerjaan dengan penuh
tanggung jawab. Tanggung jawab adalah kewajiban bawahan untuk
melaksanakan tugas sebaik mungkin yang diberikan oleh atasan, dan inti
dari tanggung jawab adalah kewajiban (Siagian, 2002). Nampaknya
pemberian motivasi oleh pimpinan kepada bawahan tidaklah begitu
sukar, namun dalam praktiknya pemberian motivasi jauh lebih rumit.
Siagian (2002) menjelaskan kerumitan ini disebabkan oleh :

  1. Kebutuhan yang tidak sama pada setiap pegawai, dan berubah
    sepanjang waktu. Disamping itu perbedaan kebutuhan pada setiap
    taraf sangat mempersulit tindakan motivasi para manajer. Dimana
    sebagian besar para manajer yang ambisius, dan sangat termotivasi
    untuk memperoleh kepuasan dan status, sangat sukar untuk
    memahami bahwa tidak semua pegawai mempunyai kemampuan dan
    semangat seperti yang dia miliki, sehingga manajer tersebut
    menerapkan teori coba-coba untuk menggerakkan bawahannya.
  2. Feeling dan emotions yaitu perasaan dan emosi. Seseorang manajer
    tidak memahami sikap dan kelakuan pegawainya, sehingga tidak ada
    pengertian terhadap tabiat dari perasaan, keharusan, dan emosi.

Pengertian Motivasi

 


Dalam kehidupan berorganisasi, pemberian dorongan sebagai
bentuk motivasi kerja kepada bawahan penting dilakukan untuk
meningkatkan kinerja karyawan. Robbins (2015) mengemukakan
motivasi sebagai suatu kerelaan berusaha seoptimal mungkin dalam
pencapaian tujuan organisasi yang dipengaruhi oleh kemampuan usaha
memuaskan beberapa kebutuhan. Motivasi seringkali disamakan dengan
dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan
jasmani untuk berbuat, sehingga motivasi tersebut merupakan driving
force yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku dan perbuatan
itu mempunyai tujuan tertentu. Memahami motivasi sangatlah penting,
karena kinerja reaksi terhadap kompensasi dan persoalan sumber daya
manusia yang lain dipengaruhi dan mempengaruhi motivasi. Pendekatan
untuk memahami motivasi berbeda-beda, karena teori yang berbeda
mengembangkan pandangan dan model mereka sendiri.
Kebutuhan seseorang merupakan dasar untuk model motivasi.
Kebutuhan adalah kekurangan yang dirasakan oleh seseorang pada saat
tertentu yang menimbulkan tegangan yang menyebabkan timbulnya
keinginan. Karyawan akan berusaha untuk menutupi kekurangannya
dengan melakukan suatu aktivitas yang lebih baik dalam melaksanakan
pekerjaannya. Dengan melakukan aktivitas yang lebih banyak dan lebih
baik, karyawan akan memperoleh hasil yang lebih baik pula sehingga
keinginannya dapat terpenuhi. Keinginan yang timbul dalam diri
karyawan dapat berasal dari dalam dirinya sendiri maupun berasal dari
luar dirinya, baik yang berasal dari lingkungan kerjanya maupun dari luar
lingkungan kerjanya. Pendapat tersebut didukung oleh Sutrisno (2009)
mengatakan motivasi mempunyai kaitan dengan suatu proses yang
membangun dan memelihara perilaku ke arah suatu tujuan.

Indikator Kinerja

 


Adapun indikator dari kinerja karyawan menurut Mangkunegara
(2011) adalah sebagai berikut :

  1. Kualitas kerja adalah seberapa baik seorang karyawan
    mengerjakan apa yang seharusnya dikerjakan.
  2. Kuantitas kerja adalah seberapa lama seorang pegawai bekerja
    dalam satu harinya. Kuantitas ini dapat dilihat dari kecepatan
    kerja setiap pegawai itu masing-masing.
  3. Pelaksanaan tugas adalah seberapa jauh karyawan mampu
    melakukan pekerjaannya dengan akurat atau tidak ada kesalahan.
  4. Tanggung jawab terhadap pekerjaan adalah kesadaran akan
    kewajiban karyawan untuk melaksanakan pekerjaan yang
    diberikan perusahaan.
    Sedangakan indikator dari kinerja karyawan menurut
    Sudarmanto (2015) adalah sebagai berikut:
  5. Quality, terkait dengan proses atau hasil mendekati semprna/
    ideal dalam memenuhi maksud atau tujuan.
  6. Quantity, terkait dengan satuan jumlah atau kuantitas yang
    dihasilkan.
  7. imeliness, terkait dengan waktu yang diperlukan dalam
    menyeleseaikan aktivitas atau menghasilkan produk.
  8. Cost Effectiveness, terkait dengan tingkat penggunaan sumbersumber organisasi (orang, uang, material, teknologi) dalam
    mendapatkan hasil atau pengurangan pemborosan dalam
    penggunaan sumber-sumber organisasi.
  9. Need For Supervision, terkait dengan kemampuan individu dapat
    menyelesaikan pekerjaan atau fungsi pekerjaan tanpa
    pengawasan dari pimpinan.
  10. Interpersonal Impact, terkait dengan kemampuan individu dalam
    meningkatkan perasaan harga diri, keinginan baik, dan kerja sama
    diantara sesama pekerja adan anak buah

Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja


Menurut Mathis (2006) faktor yang mempengaruhi karyawan
dalam bekerja, yaitu kemampuan karyawan untuk melakukan pekerjan
tersebut, tingkat usaha yang dicurahkan, dan dukungan organisasi.
Kinerja karyawan berkurang apabila salah satu faktor ini berkurang atau
tidak ada. Masalah kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai
seseorang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang
dibebankan kepada karyawan. Kinerja meliputi kualitas output serta
kesadaran dalam bekerja. Ada tiga alasan yang berkaitan mengapa
penentuan sasaran mempengaruhi kinerja, yaitu :

  1. Penentuan sasaran mempunyai dampak mengarahkan, yaitu
    memfokuskan aktivitas–aktivitas kearah tertentu dari pada kearah
    lainnya.
  2. Disebabkan oleh sasaran-sasaran yang telah diterima, maka orangorang cenderung mengarahkan upaya secara proporsional terhadap
    kesulitan sasaran.
  3. Sasaran-sasaran yang sukar akan membuahkan ketekunan
    dibandingkan sasaran-sasaran yang ringan

Pengertian Kinerja Karyawan

 


Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual
Performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai
oleh seseorang). Kinerja merupakan hasil dari pekerjaan yang dicapai
oleh seorang karyawan dalam melakukan tugas yang telah diberikan
sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Kinerja adalah motivasi
serta kemampuan seseorang dalam melaksanakan tugas, ketersediaan
keterampilan karyawan tidaklah cukup dalam melaksanakan pekerjaan
tanpa pemahanan sesuai dengan apa yang dikerjakan.
Mangkunegara (2011) mengemukakan bahwa kinerja adalah
hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang
karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan kepadanya. Hal ini disebabkan karyawan dituntut untuk
memberikan waktu, tenaga dan usahanya untuk memperoleh apa yang
mereka inginkan, misalnya keuntungan ekonomi, fellowship dan juga
status sosial. Bernardin (2001) dalam Sudarmanto (2015) juga
menyatakan bahwa kinerja merupakan hasil yang diproduksi
(dihasilkan) atas fungsi pekerjaan tertentu atau
aktivitas selama periode tertentu. Sedangkan Moeheriono (2012) dalam
Ma’ruf (2014) mendefinisikan kinerja adalah gambaran mengenai
tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan
dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi yang
dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi. Kinerja
pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan
karyawan sehingga mereka mempengaruhi seberapa banyak mereka
memberi kontribusi kepada instansi atau organisasi termasuk kualitas
pelayanan yang disajikan. Berhasil tidaknya kinerja yang dicapai
organisasi tersebut di pengaruhi kinerja karyawan secara individual
maupun kelompok. Dengan asumsi semakin baik kinerja karyawan
maka semakin baik kinerja organisasi.

Pengaruh Kepuasan Kerja Dengan Persepsi Kinerja Karyawan

 


Menurut Afandi (2018:74) Kepuasan kerja merupakan sikap (positif)
tenaga kerja terhadap pekerjaannya, yang timbul berdasarkan penilaian
terhadap situasi kerja. Penilaian tersebut dapat dilakukan terhadap salah
satu pekerjaannya, penilaian dilakukan sebagai rasa menghargai dalam
mencapai salah satu nilai-nilai penting dalam pekerjaan. Dalam yang
penelitian yang dilakukan oleh Nabawi (2019), menunjukan bahwa
Kepuasan Kerja berpengaruh signifikan terhadap persepsi kinerja
karyawan. Pernyataan serupa pun disampaikan oleh Mira et al (2019),
penelitian ini mengungkapkan hubungan positif antara kepuasan kerja
karyawan dan persepsi kinerja karyawan

Pengaruh Lingkungan Kerja Dengan Persepsi Kinerja Karyawan

 


Pawirosumarto et al (2017) berpendapat bahwa lingkungan kerja bagi
karyawan memiliki pengaruh terhadap kegiatan perusahaan yang tidak
terlepas dari persepsi kinerja karyawan. Walaupun tidak terlihat memilki
kontribusi besar. Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Adha et al 2019).
Menunjukan bahwa lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan
terhadap persepsi kinerja karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi atau rendah tingkat kenyamanan lingkungan kerja akan berdampak
pada semakin tinggi atau rendah tingkat persepsi kinerja karyawan.
Pernyataan serupa pun disampaikan oleh Siddiqi & Tangem (2018), hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa lingkungan kerja berpengaruh
positif dan signifikan terhadap persepsi kinerja karyawan. Lingkungan kerja
yang ideal harus mendukung karyawan baik secara fisik maupun mental
untuk membuat mereka lebih terlibat dengan perusahaan, sehingga
meningkatkan kinerja mereka.

Pengaruh Motivasi Dengan Persepsi Kinerja Karyawan

 


Pendapat Hasibuan (2019) mengenai motivasi mengatakan bahwa
produktivitas seseorang dapat ditentukan oleh virus mental yang ada pada
dirinya. Virus mental adalah kondisi jiwa yang mendorong seseorang untuk
mampu mencapai prestasinya secara maksimal. Sehingga motivasi
sangatlah penting untuk menunjang persepsi kinerja diri karyawan, untuk
itu dapat dipertahankan yang sudah baik namun perlu adanya dorongan
motivasi bagi karyawan dengan memberikan pendidikan, pelatihan, atau
workshop sehingga meningkatkan persepsi kinerja diri karyawan. Dalam
penelitian yang dilakukan oleh (Sri Handoko Sakti, 2017), Hasil penelitian
ini menunjukan bahwa Terdapat hubungan positif antara motivasi dengan
persepsi kinerja karyawan, dan terdapat hubungan positif dan signifikan
antara motivasi dan komitmen secara bersama terhadap persepsi kinerja
karyawan. Pernyataan serupa pun disampaikan oleh Mohamud et al. (2017)

Indikator kepuasan Kerja

 


Kepuasan kerja dapat diukur melalui beberapa indikator. Indisari (2017)
menyatakan terdapat 5 (lima) indikator kepuasan kerja yaitu sebagai berikut

  1. Kepuasan terhadap pekerjaan itu sendiri
    Pekerjaan memberikan kesempatan pegawai belajar sesuai dengan
    minat serta kesempatan untuk bertanggung jawab. Dalam teori dua
    faktor diterangkan bahwa pekerjaan merupakan faktor yang akan
    menggerakkan tingkat motivasi kerja yang kuat sehingga dapat
    menghasilkan prestasi kerja yang baik.
  2. Kepuasan terhadap gaji
    Kepuasan kerja pegawai akan terbentuk apabila besar uang yang
    diterima pegawai sesuai dengan beban kerja dan seimbang dengan
    pegawai lainnya.
  3. Kesempatan Promosi
    Promosi adalah bentuk penghargaan yang diterima pegawai dalarn
    organisasi. Kepuasan kerja pegawai akan tinggi apabila pegawai
    dipromosikan atas dasar prestasi kerja yang dicapai pegawai tersebut.
  4. Kepuasan terhadap supervisi
    Hal ini ditunjukkan oleh atasan dalam bentuk memperhatikan seberapa
    baik pekerjaan yang dilakukan pegawai, menasehati dan membantu
    pegawai serta komunikasi yang baik dalam pengawasan. Kepuasan
    kerja pegawai akan tinggi apabila pengawasan yang dilakukan
    supervisor bersifat memotivasi pegawai.
  5. Kepuasan terhadap rekan kerja
    Jika dalam organisasi terdapat hubungan antara pegawai yang harmonis,
    bersahabat, dan saling membantu akan menciptakan suasana kelompok
    kerja, yang kondusif, sehingga akan menciptakan kepuasan kerja
    pegawai.

Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

 


Mangkunegara (2017:120) menyatakan bahwa ada lima faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja karyawan antara lain:
a. Gaji atau kesejahteraan (pay)
Salah satu bentuk komponen financial yang diterima karyawan pada
periode waktu tertentu atau kontribusinya terhadap pencapaian tujuan
organisasi yang dirancang dan dikelola dengan prinsip adil dan layak.
b. Kesempatan Promosi jabatan .
Proses pemindahan dan penempatan seorang karyawan pada posisi
jabatan yang lebih tinggi dari sebelumnya yang memberi tantangan,
tanggung jawab, otoritas, status dan imbalan yang lebih besar dari
jabatan yang mereka duduki sebelumnya.
c. Rekan kerja (cowokers)
Kesempatan yang dimiliki oleh pekerja untuk bekerja sama dengan
pekerja yang lainnya, sehingga mereka dapat bertukar fikiran dan
mendiskusikan masalah-masalah yang dihadapi dalam bekerja.
d. Mutu pengawasan.
Kemampuan atasan yang dalam hal ini bertindak sebagai pengawas
dalam pemberian bantuan teknis dan dukungan perilaku pada karyawan
demikian pula partisipasi yang diciptakan oleh atasan dapat
memberikan pengaruh yang subtansial terhadap kepuasan kerja
karyawan.
e. Jenis pekerjaan atau pekerjaan itu sendiri.
Sikap pekerja terhadap karakter pekerjaan seperti variasi ketrampilan,
identitas tugas, signifikasi, dan umpan balik kerja.

Pengertian Kepuasan kerja

 


Kepuasan kerja karyawan harus diciptakan sebaik-baiknya supaya
moral kerja, dedikasi, kecintaan, dan kedisiplinan karyawan
meningkat.Pengertian kepuasan kerja menurut para ahli antara lain:
Menurut Robbins & Judge (2015:49) kepuasan kerja adalah “suatu
perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari
sebuah evaluasi karakteristik”. Kepuasan tercipta saat kebutuhan individu
yang terkait derajat kesukaan dan ketidaksukaan terpenuhi dikaitkan dengan
pegawai, hal ini berkaitan erat dengan keyakinan penerimaan imbalan
setelah melaksanakan suatu pengorbanan.
Mangkunegara (2017:117) mengemukakan bahwa kepuasan kerja
adalah kepuasan kerja adalah perasaan menyokong atau tidak menyokong
yang dialami karyawan dalam bekerja

Indikator Lingkungan Kerja

 


Indikator-indikator lingkungan kerja menurut Afandi (2018:70)
adalah sebagai berikut :

  1. Udara
    Mengenai faktor udara ini, yang sering sekali adalah suhu udara dan
    banyaknya uap air pada udara itu.
  2. Warna
    Warna merupakan salah satu faktor yang penting untuk memperbesar
    efisiensi kerja para karyawan, khususnya warna akan mempengaruhi
    keadaan jiwa mereka dengan memakai warna yang tepat pada dinding
    ruang dan alat- alat lainnya kegembiraan dan ketenangan bekerja para
    karyawan akan terpelihara
  3. Pencahayaan
    Cahaya penerangan yang cukup memancarkan dengan tepat akan
    menambah efisiensi kerja para karyawan, karena mereka dapat bekerja
    dengan lebih cepat lebih sedikit membuat kesalahan dan matanya tak
    lekas menjadi lelah.
  4. Suara
    Untuk mengatasi terjadinya kegaduhan, perlu kiranya meletakkan alatalat yang memiliki suara yang keras, seperti mesin ketik pesawat
    telepon, parkir motor, dan lain-lain. Pada ruang khusus, sehingga tidak
    mengganggu pekerja lainnya dalam melaksanakan tugasnya.

Faktor Yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja

 


Menurut Afandi (2018:66) secara umum lingkungan kerja fisik dan
lingkungan kerja psikis:

  1. Faktor Lingkungan Fisik.
    Afandi menyatakan bahwa faktor lingkungan fisik adalah lingkungan
    yang berada disekitar pekerja itu sendiri. Kondisi di lingkungan kerja
    dapat mempengaruhi kinerja pegawai yang meliputi:
    a. Rencana ruang kerja, meliputi kesesuaian pengaturan dan penataan
    peralatan kerja yang tepat, sangat berpengaruh besar terhadap
    kenyamanan dan tampilan kerja karyawan.
    b. Rancangan pekerjaan, meliputi peralatan kerja dan produser kerja
    atau metode kerja, peralatan kerja yang tidak sesuai pekerjaannya
    dapat mempengaruhi kesehatan hasil kerja karyawan.
    c. Kondisi lingkungan kerja, pencahayaan dan kebisingan sangat erat
    kaitannya dengan kenyamanan para pekerja dalam bekerja. Sirkulasi
    udara, suhu ruangan dan penerangan yang sesuai sanga
    mempengaruhi kondisi seseorang dalam menjalankan tugasnya.
    d. Tingkat visual priacy dan acoustical privacy, dalam tingkat pekerjaan
    tertentu membutuhkan tempat kerja yang dapat memberikan privasi
    bagi karyawan. Yang dimaksud privasi disini adalah sebagai
    “keleluasan pribadi” terhadap hal-hal yang menyangkut dirinya dan
    kelompoknya. Sedangkan acoustical privasi berhubungan dengan
    pendengaran.
  2. Faktor Lingkungan Psikis.
    Afandi menyatakan bahwa faktor lingkungan psikis adalah hal-hal yang
    berkaitan dengan hubungan sosial dan keorganisasian. Kondisi psikis
    yang mempengaruhi kinerja karyawan adalah:
    a. Pekerjaan yang berlebihan, Pekerjaan yang berlebihan dengan
    waktu yang terbatas atau mendesak untuk menyelesaikan pekerjaan
    akan menimbulkan stres terhadap karyawan, sehingga hasil yang di
    dapat kurang maksimal.
    b. Sistem pengawasan yang buruk, Sistem pengawasan yang buruk dan
    tidak efesien dapat menimbulkan ketidakpuasan lainnya, seperti
    iklim politik yang tidak stabil dan kurangnya umpan balik tentang
    prestasi kerja.
    c. Frustasi, Frustasi dapat berakibat pada terhambatnya usaha
    pencapaian tujuan, seperti harapan perusahaan tidak sesuai dengan
    harapan karyawan, apabila hal ini berlangsung terus meerus akan
    menimbulkan frustasi bagi karyawan.
    d. Perubahan-perubahan dalam segala bentuk, Perubahan yang terjadi
    di tempat kerja yang akan mempengaruhi cara orang bekerja,
    misalnya perubahan lingkungan kerja seperti perubahan jenis
    pekerjaan, perubahan organisasi, dan pergantian pemimpin
    organisasi.
    e. Perselisihan antara pribadi dan kelompok, hal ini terjadi apabila
    kedua belah pihak mempunyai tujuan yang sama dan bersaing untuk
    mencapai tujuan tersebut. Perselisihan ini dapat berdampak negative
    yaitu terjadinya perselisihan dalam berkomunikasi, kurangnya
    kekompakan dan kerjasama. Sedangkan dampak positifnya adalah
    adanya usaha positif untuk mengatasi perselisihan di tempat kerja,
    diantaranya: persaingan, masala status dan perbedaan antara
    individu.