Thursday, March 30, 2023

Dimensi modal psikologis

 


Luthans, et al. (2007a) membentuk konstruk modal psikologis dengan
empat dimensi, yaitu:
a. Efikasi diri
Efikasi diri pada modal psikologis dapat didefinisikan sebagai kepercayaan
diri seseorang mengenai kemampuannya untuk memaksimalkan motivasi,
pengetahuan dan tingkah laku yang dibutuhkan untuk melakukan tugas yang
spesifik secara sukses pada konteks yang dibutuhkan (Stajkovic dan Luthans,, 1998 dalam Sufya, 2015). Efikasi diri merupakan keyakinan terhadap
kemampuan diri dan sumber daya kognitif yang dimiliki, serta tindakan
tindakan yang perlu diambil untuk berhasil menyelesaikan suatu tugas. Orang
yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi cenderung menetapkan target yang
tinggi terhadap diri sendiri, senang menerima tantangan, memiliki motivasi diri
yang kuat, serta membayar dengan usaha yang setimpal agar mencapai tujuan.
Individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi tidak menunggu datangnya
tantangan untuk dipenuhi, namun menetapkan tantangan tersendiri dengan
meningkatkan target yang harus dicapai selanjutnya secara terus menerus
(Sufya, 2015).
b. Harapan
Menurut Snyder (1991) dalam Kappagoda, et al. (2014b) harapan adalah
keadaan psikologis positif yang didasarkan pada kesadaran yang saling
mempengaruhi antara lain yaitu, agency (energi untuk mencapai tujuan) dan 
path ways (perencanaan untuk mencapai tujuan). Tingkat harapan pada
manajer dan karyawan ditemukan berkorelasi secara positif dengan performa
kerja, kepuasan kerja, kesenangan dalam bekerja dan komitmen organisasi
(Luthans et al., 2007a).
c. Optimisme
Optimisme merupakan alasan dan atribusi yang digunakan seseorang dalam
menjelaskan suatu kejadian, baik itu kejadian yang positif, negatif, yang terjadi
di masa lampau, masa kini, ataupun di masa yang akan datang (Luthans et al.,
2007b). Individu yang optimis percaya bahwa mereka memiliki peranan dalam
mewujudkan pengalaman yang menyenangkan. d. Resiliensi
Resiliensi adalah suatu fenomena yang terkarakteristik melalui suatu pola
adaptasi yang positif terhadap kesulitan dan risiko yang signifikan (Masten dan
Reed, 2002 dalam Sufya, 2015). Resiliensi merupakan kapasitas yang dimiliki
seseorang untuk dapat bertahan dan bangkit kembali baik ketika menghadapi
pengalaman yang positif maupun negatif. Resiliensi berperan dalam membantu
individu untuk mampu bertahan tidak hanya ketika mengalami kesulitan,
namun juga mendorong individu untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya
hingga keluar dari titik kesetimbangan di saat menghadapi tantangan atau
pengalaman yang positif. Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi resiliensi
dan saling berinteraksi, yaitu aset, faktor risiko dan nilai-nilai (Luthans et al., 2007b)

No comments:

Post a Comment