Thursday, March 30, 2023

Teori Dua Faktor (Two Factor Theory)

 


Teori dua faktor (Two Factor Theory) pertama kali dikembangkan oleh
Herzberg pada tahun 1959. Menurut teori dua faktor, orang dalam melaksanakan
pekerjaannya dipengaruhi oleh dua faktor yang merupakan kebutuhan, yaitu
faktor pemeliharaan (hygiene factor) dan faktor motivasi (motivation factor).
Faktor pemeliharaan adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan hakikat
manusia dalam memperoleh ketentraman, seperti gaji yang diperoleh, kondisi
kerja, kebijaksanaan dan administrasi perusahaan, hubungan rekan kerja, dan
kualitas supervisi. Hilangnya faktor pemeliharaan dapat menyebabkan timbulnya
ketidakpuasan (dissatisfer) dan turnover karyawan akan meningkat (Andriani &
Widiawati, 2017: 87).
Faktor motivasi adalah faktor-faktor yang menyangkut dengan kebutuhan
psikologis, seperti prestasi, pengakuan, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab, dan
pengembangan potensi individu. Faktor motivasi ini berhubungan dengan
penghargaan terhadap pribadi yang secara langsung berkaitan dengan pekerjaan
(Andriani & Widiawati, 2017: 88). Herzberg menyatakan bahwa faktor yang
menyebabkan kepuasan kerja pada dasarnya adalah faktor-faktor intrinsik,
sedangkan faktor yang menyebabkan ketidakpuasan kerja adalah faktor ekstrinsik
(Andjarwati, 2015: 50). Faktor pemeliharan kemungkinan lebih mudah diukur,
dikendalikan, dan dikontrol daripada faktor motivasi. Motivasi lebih rumit dan
subjektif sehingga terlalu sulit untuk diukur (Andjarwati, 2015: 49).
Penelitian Herzberg menunjukan bahwa lawan dari kepuasan bukanlah
ketidakpuasan, seperti yang selama ini diyakini. Jika menghilangkan karakteristik 
yang tidak memuaskan dari suatu pekerjaan belum tentu membuat pekerjaan itu
lebih memuaskan atau memotivasi. Faktor-faktor yang menyebabkan kepuasan
kerja berbeda dari faktor-faktor yang menyebabkan ketidakpuasan kerja. Oleh
karena itu, jika berusaha untuk menghilangkan faktor-faktor yang menyebabkan
ketidakpuasan kerja atau faktor pemeliharaan (hygiene) kurang efektif dan
karyawan tidak akan merasa puas atau termotivasi. Dalam usaha memotivasi
karyawan, Herzberg menyarankan untuk menekankan motivator (Andriani &
Widiawati, 2017: 89).

No comments:

Post a Comment