Thursday, March 30, 2023

Theory of Reasoned Action (Teori Tindakan Beralasan)

 


Theory of Reasoned Action (TRA) atau teori tindakan beralasan
pertama kali diperkenalkan oleh Fishbein dan Ajzen (1975). Teori ini
menjelaskan bahwa perilaku (behavior) dilakukan secara individual
mempunyai minat atau kenginan untuk melakukannya (behavior intention)
atau dengan kata lain minat perilaku akan menentukan perilakunya. Teori
ini menghubungkan antara keyakinan (belief), sikap (attitude), kehendak
(intention) dan perilaku (behavior). Kehendak merupakan predictor terbaik
perilaku, artinya jika ingin mengetahui apa yang dilakukan seseorang, cara
terbaik adalah mengetahui kehendak orang tersebut (Rukmiyati dan
Budiartha 2016:120).
Hasil-hasil dari penelitian yang menguji teori sikap ini kurang
memuaskan karena banyak ditemukan hasil hubungan yang lemah antara
pengukuran-pengukuran sikap dengan kinerja dari perilaku sukarela yang
dikehendaki. Minat perilaku dan perilaku adalah dua hal yang berbeda.
Minat perilaku masih merupakan suatu minat. Minat atau intense adalah
keinginan untuk melakukan perilaku. Minat belum berupa pelakunya.
Perilaku adalah tindakan atau kegiatan nyata yang dilakukan. Theory of
Reasoned Action (TRA) menjelaskan bahwa perilaku (behavior) dilakukan
karena individual mempunyai minat atau keinginan untuk melakukannya
(behavioral intention) akan menentukan perilakunya (Jogiyanto, 2007).
Model ini menunjukkan
bahwa sikap (attitude) seseorang digabung dengan norma subyektif
(subjective norms) akan mempengaruhi minat (behavioral intention) dan
perilaku (behavior). Teori tindakan beralasan ini menjelaskan tahapantahapan manusia melakukan perilaku. Pada tahap awal, perilaku
diasumsikan ditentukan oleh minat. Pada tahap berikutnya minat-minat
dapat dijelaskan dalam bentuk sikap-sikap terhadap perilaku dan normanorma subyektif. Tahap ketiga mempertimbangkan sikap-sikap dan normanorma subyektif dalam bentuk kepercayaan-kepercayaan tentang
konsekuensi melakukan perilakunya dan tentang ekspektasi-ekspektasi
normative dari orang yang direferensi yang relevan. Secara keseluruhan,
berarti perilaku seseorang dapat dijelaskan dengan mempertimbangkan
kepercayaan-kepercayaannya. Karena kepercayaan-kepercayaan seseorang
mewakili informasi yang mereka peroleh tentang dirinya sendiri dan
tentang dunia disekeliling mereka (Jogiyanto, 2007).

No comments:

Post a Comment