Saturday, January 30, 2021

Pengertian Motivasi Berprestasi (skripsi dan tesis)

 Menurut Gunarsa (2003) motivasi berprestasi adalah sesuatu yang ada dan menjadi ciri dari kepribadian seseorang dan dibawa dari lahir yang kemudian ditumbuhkan dan dikembangkan melalui interaksi dengan lingkungan. Menurut Santrock (2001) motivasi berprestasi adalah keinginan dan dorongan seorang individu untuk mengerjakan sesuatu dengan hasil baik. Heckhausen (dalam Santi, 2009), mengemukakan bahwa motivasi berprestasi sebagai suatu usaha untuk meningkatkan atau mempertahankan kecakapan pribadi setinggi mungkin dalam segala aktivitas dan suatu ukuran keunggulan digunakan sebagai pembanding. Menurut Mc. Celland (dalam Santi, 2009), motivasi berprestasi adalah motif yang mendorong individu untuk mencapai sukses dan bertujuan untuk berhasil dalam kompetisi dengan beberapa ukuran keunggulan (standart of execellence). Menurut Akbar (2004), motivasi berprestasi adalah daya penggerak dalam diri siswa untuk mencapai prestasi setinggi mungkin, sesuai dengan yang ditetapkan oleh siswa itu sendiri. Sedangkan menurut Atkinson seperti dikutip Houston (dalam Djaali, 2009), motivasi berprestasi yaitu dorongan untuk mengatasi hambatan, melatih kekuatan dan berusaha untuk melakukan suatu pekerjaan yang sulit dengan cara yang baik dan secepat mungkin, atau dengan perkataan lain usaha seseorang untuk menemukan atau melampui standar keunggulan. Berdasarkan uraian di atas motivasi berprestasi yang digunakan dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai motif yang mendorong siswa untuk mencapai keberhasilan dalam bersaing di bidang akademis dengan suatu ukuran keunggulan

Sumber Efikasi Diri (skripsi dan tesis)

  Bandura (dalam Alwisol, 2009) perubahan tingkah laku dalam sistem Bandura kuncinya adalah perubahan ekspektasi efikasi diri (efikasi diri). Efikasi diri atau keyakinan kebisaan diri itu dapat diperoleh, diubah, ditingkatkan atau diturunkan, melalui salah satu atau kombinasi empat sumber yakni: a. Pengalaman menguasai suatu prestasi (performance accomplishment) Sebagai sumber, performansi masa lalu menjadi pengubah efikasi diri yang paling kuat pengaruhnya. Prestasi (masa lalu) yang bagus meningkatkan ekspektasi efikasi, sedang kegagalan akan menurunkan efikasi. Mencapai keberhasilan akan memberi dampak efikasi yang berbeda-beda, tergatung proses pencapaiannya: 1) Semakin sulit tugasnya, keberhasilan akan membuat efikasi semakin tinggi. 2) Kerja sendiri, lebih meningkatkan efikasi dibanding kerja kelompok, dibantu orang lain. 3) Kegagalan menurunkan efikasi, kalau orang merasa sudah berusaha sebaik mungkin. 4) Kegagalan dalam suasana emosional/stress, dampaknya tidak seburuk kalau kondisinya optimal. 5) Kagagalan sesudah orang memiliki keyakinan efikasi yang kuat, dampaknya tidak seburuk kalau kegagalan itu terjadi pada orang yang keyakinan efikasinya belum kuat. 6) Orang yang biasa berhasil, sesekali gagal tidak mempengaruhi efikasi. b. Pengalaman vikarius (vicarious experience) Efikasi akan meningkat ketika mengamati keberhsilan orang lain, sebaliknya efikasi akan menurun jika mengamati orang yang kemampuannya kira-kira sama dengan dirinya ternyata gagal. c. Persuasi sosial (social persuation) Efikasi diri juga dapat diperoleh, diperkuat atau dilemahkan melalui persuasi sosial. Dampak dari sumber ini terbatas, tetapi pada kondisi yang tepat persuasi dari orang lain dapat mempengaruhi efikasi diri. d. Pembangkit emosi (Emotional physiological states) Keadaan emosi yang mengikuti suatu kegiatan akan mempengaruhi efikasi di bidang kegiatan itu. Emosi yang kuat, takut, cemas, stress dapat mengurangi efikasi diri

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efikasi Diri (skripsi dan tesis)

  

Menurut Feist dan Feist (2010) efikasi diri dapat berubah. Hal ini dipengaruhi beberapa hal yaitu: a. Kompetensi yang dituntut dari aktivitas tertentu b. Kehadiran orang lain c. Tingkat persaingan d. Kemampuan individu dalam menghadapi kegagalan e. Kondisi fisiologis yang menyertai khususnya ada tidaknya faktor kelelahan, kecemasan, apatis atau kesedihan Sedangkan menurut Bandura (1997) faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan efikasi diri seseorang antara lain: a. Pencapaian secara aktif Faktor ini merupakan faktor yang sangat penting sebagai sumber pembentukan efikasi seseorang karena hal ini berdasarkan kepada kenyataan keberhasilan seseorang dapat menjalankan suatu tugas atau keterampilan tertentu akan meningkatkan efikasi diri dan kegagalan yang berulang akan mengurangi efikasi diri. b. Pengalaman tidak langsung Dengan melihat kesuksesan orang lain yang memiliki kesamaan dengan pengamat akan dapat meningkatkan harapan efikasi diri pengamat, ia dapat menilai dirinya memiliki kemampuan seperti yang dimiliki orang yang diamati sehingga ia melakukan usaha-usaha untuk memperoleh atau meningkatkan keterampilannya. Dengan prinsip yang sederhana, jika orang lain dapat melakukannya begitu pula dengan saya. Pengamat dapat melihat cara-cara dan keterampilan orang yang diamatinya. Dengan model yang kompeten pengamat dapat belajar cara-cara yang efektif untuk menghadapi hambatan maupun keadaan yang menakutkan. c. Persuasi verbal Persuasi verbal sering digunakan untuk meyakinkan seseorang tentang kemampuannya sehingga dapat memungkinkan dia meningkatkan usahanya untuk mencapai yang ditujunya. Persuasi verbal ini akan berlangsung efektif bila berdasarkan realita dan memiliki alasan untuk meyakinkan dirinya bahwa ia dapat mencapaiapa yang ditujukannya melalui tindakan nyata. d. Keadaan fisiologis Seseorang akan memperoleh informasi melalui keadaan fisiologisnya dalam kemampuannya sehingga akan cenderung memiliki harapan kesuksesan dalam melakukan tugas yang lebih besar, jika dalam kondisi yang tidak diwarnai oleh ketegangan dan merasakan adanya keluhan atau gangguan somatis dalam dirinya.

Dimensi Efikasi Diri (skripsi dan tesis)

  

Menurut Bandura 1997 efikasi diri pada diri tiap individu akan berbeda antara satu individu dengan yang lainnya berdasarkan tiga dimensi. a. Dimensi tingkat (level) Dimensi ini berkaitan dengan derajat kesulitan tugas ketika individu merasa mampu untuk melakukannya. Apabila individu dihadapkan pada tugas-tugas yang disusun menurut tingkat kesulitannya, maka efikasi diri individu mungkin akan terbatas pada tugas-tugas yang mudah, sedang, atau bahkan meliputi tugas-tugas yang paling sulit, sesuai dengan batas kemampuan yang dirasakan untuk memenuhi tuntutan perilaku yang dibutuhkan pada masing-masing tingkat. b. Dimensi kekuatan (strength) Dimensi ini berkaitan dengan tingkat kekuatan dari keyakinan atau pengharapan individu mengenai kemampuannya. Pengharapan yang lemah mudah digoyahkan oleh pengalaman-pengalaman yang tidak mendukung. Sebaliknya, pengharapan yang mantap mendorong individu tetap bertahan dalam usahanya. Dimensi ini biasanya berkaitan langsung dengan dimensi level, yaitu makin tinggi taraf kesulitan tugas, makin lemah keyakinan yang dirasakan untuk menyelesaikannya. c. Dimensi generalisasi (generality) Dimensi ini berkaitan dengan luas bidang tingkah laku yang mana individu merasa yakin akan kemampuannya. Individu dapat merasa yakin terhadap kemampuan dirinya. Apakah terbatas pada satu aktivitas dan situasi tertentu atau pada serangkaian aktivitas dan situasi bervariasi. Dalam efikasi diri menurut Bandura (dalam Alwisol, 2009) terdapat dua komponen yaitu: a. Efikasi ekspektasi (efficacy expectation) adalah persepsi diri sendiri mengenai seberapa bagus diri dapat berfungsi dalam situasi tertentu. Efikasi diri berhubungan dengan keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan melakukan yang diharapkan. b. Ekspektasi hasil (outcome expectation) adalah perkiraan atau estimasi diri bahwa tingkah laku yang dilakukan diri itu akan mencapai hasil tertentu.

Pengertian Efikasi Diri (skripsi dan tesis)

 Dale Schunk (dalam Santrock, 2011) telah menerapkan konsep efikasi diri pada banyak aspek dari prestasi siswa. Dalam pandangannya, efikasi diri mempengaruhi pilihan aktivitas siswa. Siswa dengan efikasi diri rendah pada pembelajaran dapat menghindari banyak tugas belajar, khususnya yang menantang. Sedangkan siswa dengan efikasi diri tinggi menghadapi tugas belajar tersebut dengan keinginan besar. Siswa dengan efikasi diri tinggi lebih tekun berusaha pada tugas belajar dibandingkan siswa dengan efikasi rendah. Baron dan Byrne (1991) mendefinisikan efikasi diri sebagai evaluasi seseorang mengenai kemampuan atau kompetensi dirinya untuk melakukan suatu tugas, mencapai tujuan, dan mengatasi hambatan. Bandura dan Wood menjelaskan bahwa efikasi diri mengacu pada keyakinan akan kemampuan individu untuk menggerakkan motivasi, kemampuan kognitif, dan tindakan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan situasi. Bandura (dalam Santrock, 2011) percaya bahwa efikasi diri adalah sebuah faktor yang sangat penting dalam menentukan apakah siswa berprestasi atau tidak. Efikasi diri mempunyai banyak kemiripan dengan motivasi kemampuan menguasai sesuatu dan motivasi intrinsik. Efikasi diri adalah keyakinan bahwa “saya dapat” keputusan adalah keyakinan bahwa “saya tidak dapat”. Bandura (dalam Hayati, 2009) mendefenisikan efikasi diri sebagai keyakinan individu pada kemampuannya untuk melatih sejumlah ukuran pengendalian terhadap fungsi diri mereka dan kejadian-kejadian di lingkungan. Gist dan Mitchell mengatakan bahwa efikasi diri dapat membawa pada perilaku yang berbeda diantara individu dengan kemampuan yang sama karena efikasi diri mempengaruhi pilihan, tujuan, pengatasan masalah, kegigihan dalam berusaha (dalam Ghufron dan Risnawita S, 2012). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa efikasi diri secara umum adalah keyakinan seseorang mengenai kemampuan-kemampuannya dalam mengatasi beraneka ragam situasi yang muncul dalam hidupnya. Efikasi diri secara umum tidak berkaitan dengan kecakapan yang dimiliki, tetapi berkaitan dengan keyakinan individu mengenai hal yang dapat dilakukan dengan kecakapan yang ia miliki seberapapun besarnya

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kreativitas (skripsi dan tesis)

   Ambalie (1983) menggunakan beberapa faktor penting yang mempengaruhi kreativitas diantaranya: a. Kemampuan kognitif Kemampuan kognitif meliputi pendidikan formal dan informal. Faktor ini mempengaruhi keterampilan sesuai bidang dan masalah yang di hadapi individu yang bersangkutan. b. Disiplin Karakterisik kepribadian yang berhubungan dengan disiplin diri, kesungguhan dalam mengadapi frustasi dan kemandirian. Faktor-faktor ini mempengaruhi individu dalam menghadapi masalah dan menemukan ide-ide yang kreatif untuk memecahkan masalah. c. Motivasi intrinsik Motivasi intrinsik sangat mempengaruhi kreativitas seseorang karena motivasi intrinsik dapat membangkitkan semangat individu untuk belajar sebanyak mungkin guna menambah pengetahuan dan keterampilan yang relevan dengan permasalahan yang sedang dihadapi. d. Lingkunga sosial Kreativitas juga dipengaruhi lingkungan sosial, yaitu tidak adanya tekanantekanan dari lingkungan sosial seperti pengawasan, penilaian maupun pembatasan-pembatasan dari pihak luar. Berikut ini kondisi-kondisi yang dapat mempengaruhi kreativitas seseorang, yaitu: 1) Keterbukaan terhadap pengalaman Keterbukaan terhadap pengalaman yaitu keterbukaan yang penuh terhadap rangsangan dari luar maupun dari dalam (firasat dan alam prasadar). 2) Pusat penilaian internal Dasar penilaian dan hasil-hasil ciptaannya terutama ditentukan oleh dirinya sendiri. Dasar penilaian dari hasil-hasil ciptaannya terutama ditentukan oleh dirinya sendiri, walapun tidak menutup kemungkinan akan dapat kritik dari orang lain. 3) Kemampuan bermain dengan elemen atau konsep Kemampuan bermain dengan elemen atau konsep-konsep yaitu kemampuan bermain secara spontan dengan ide, warna, bentuk, bangunan elemen dan kemampuan untuk membentuk kombinasi-kombinasi baru dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya. 4) Adanya penerimaan terhadap individu secara wajar Adanya penerimaan terhadap individu secara wajar artinya individu dihargai keberadaan dan keterbukaan dirinya. Oleh sebab itu, ia dapat menemukan apa makna dirinya dan dapat mencoba mengaktualisasikan sesuai dengan potensi dan kreasinya. 5) Adanya suasana bebas dari penilaian pihak luar. Setiap individu agar dapat menemukan dirinya sendiri diperlukan suasana bebas dari penilaian dan tidak diukur denga beberapa standar dari luar. Penilaian dapat merupakan ancaman dan menghasilkan suatu pertahanan yang menyebabkan beberapa hasil dari pengalaman ditolak untuk disadari. 6) Adanya sikap empati Sikap empati memungkinkan seseorang dapat menyatakan dirinya sesuai dengan motivasi dan kemampuan yang ada dalam dirinya sehingga memungkinkan munculnya ekspresi yang bervariasi dan kreasi. 7) Adanya kebebasan psikologis Kondisi ini memungkinkan individu secara bebas mengekspresikan pikiran dan perasaannya, juga bebas menjadi apa saja sesuai dengan keadaan batinya sendiri. Kebebsan psikologis yang dimaksud adalah kebebasan untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan individu dalam batas-batas yang dimungkinkan dalam kehidupan masyarakat dan tetap bertanggung jawab terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya.

Friday, January 29, 2021

Aspek-Aspek Kreativitas (skripsi dan tesis)

  Suharnan (dalam Ghufron dan Risnawati S, 2012) mengatakan bahwa terdapat aspek-aspek pokok dalam kreativitas yang dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Aktivitas berpikir Kreativitas selalu melibatkan proses berpikir di dalam diri seseorang. Aktivitas ini merupakan suatu proses mental yang tidak tampak oleh orang lain dan hanya dirasakan oleh orang yang berangkutan. Akivitas ini bersifat kompleks karena melibatkan sejumlah kemampuan kognitif seperti persepsi, atensi, ingatan imajiner, penalaran, imajinasi, pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. b. Menemukan atau menciptakan sesuatu yang baru. Menemukan atau menciptakan sesuatu yang mencakup kemampuan menghubungkan dua gagasan atau lebih yang semula tampak tidak berhubungan. Kemampuan mengubah pandangan yang ada dan menggantikannya dengan cara pandangan lain yang baru dan kemampuan untuk menciptakan suatu kombinasi baru berdasarkan konsep-konsep yang telah ada dalam pikiran. Aktivitas menemukan sesuatu berarti melibatkan proses imajinasi, yaitu kemampuan memanipulasi sejumlah objek atau situasi di dalam pikiran sebelum sesuatu yang baru diharapkan muncul. c. Sifat baru atau orisional. Umumnya kreativitas dilihat dari adanya suatu produk baru. Produk ini biasanya akan dianggap sebagai karya kreatif bila belum pernah diciptakan sebelumnya bersifat luar biasa dan dapat dinikmati oleh masyarakat. Menurut Feldman, sifat baru yang terkandung dalam kreativitas memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Produk yang bersifat baru dan belum pernah ada sebelumnya. 2) Produk yang memiliki sifat baru sebagai hasil kombinasi beberapa produk yang sudah ada sebelumnya. 3) Produk yang memiliki sifat baru sebagai hasil pembaharuan (inovasi) dan pengembangan dari hasil yang sudah ada. d. Produk yang berguna atau bernilai. Suatu karya yang dihasilkan dari proses kreatifi harus memiliki kegunaan tertentu, seperti lebih enak, lebih mudah dipakai, mempermudah, memperlancar, mendorong, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, dan mendatangkan hasil lebih baik atau lebih banyak