Saturday, April 1, 2023

Kinerja Lingkungan

 


Kinerja lingkungan merupakan suatu bentuk kinerja perusahaan untuk
menciptakan lingkungan perusahaan yang baik (hijau). Kinerja lingkungan
dalam perusahaan dapat dilakukan dengan menerapkan akuntansi
lingkungan. Di Indonesia, kinerja lingkungan suatu perusahaan salah
satunya diukur dengan berdasarkan Program Penilaian Peringkat Kinerja
Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER). Pelaksanaan
PROPER di Indonesia saat ini dilakukan berdasarkan Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 7 Tahun 2008.
PROPER merupakan salah satu upaya kebijakan yang dilakukan oleh
pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dalam meningkatkan
peran perusahaan dalam pengelolaan lingkungan. Penerapan dari program
PROPER tersebut bertujuan untuk mendorong perusahaan- perusahaan
untuk meningkatkan kinerja lingkungannnya melalui penyebaran informasi
mengenai kinerja penataan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan. Hal
tersebut dilakukan guna tercapainya peningkatan kualitas lingkungan hidup
(Nuraini, 2009). Peningkatan kinerja lingkungan perusahaan tersebut dapat
terjadi karena hasil dari peringkat PROPER akan dipublikasikan, sehingga
hasil peringkat tersebut akan mempengaruhi reputasi dari suatu perusahaan.
Dengan adanya peringkat PROPER tersebut, para stakeholder akan
memberikan apresiasi kepada perusahaan yang melakukan kinerja
lingkungan dengan baik serta tercatat dalam peringkat PROPER, dan para
stakeholder akan memberikan tekanan dan dorongan kepada perusahaan
yang belum masuk dalam peringkat PROPER.
Aspek penilaian PROPER adalah ketaatan terhadap peraturan
pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran udara, pengelolaan
limbah B3, AMDAL dan pengendalian pencemaran laut. Warna emas
apabila perusahaan telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang
dipersyaratkan dan menjalankan pengembangan masyarakat secara
berkesinambungan. Warna hijau apabila perusahaan telah melakukan
pengelolaan lingkungan lebih dari yang dipersyaratkan. Warna biru
perusahaan Telah melakukan upaya pengelolaan lingkungan yang
dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan atau peraturan yang berlaku. Warna
merah apabila perusahaan sudah melakukan upaya pengelolaan lingkungan,
akan tetapi baru sebagian mencapai hasil yang sesuai dengan persyaratan
yang ada. Warna hitam apabila perusahaan belum melakukan upaya dalam
pengelolaan lingkungan sebagaimana yang dipersyaratkan.
Hasil dari PROPER dipublikasikan secara terbuka oleh Kementerian
Lingkungan Perusahaan kepada para stakeholder. Hasil tersebut berupa
pengelompokan peringkat warna bagi setiap perusahaan. Setiap tingkatan
warna tersebut mencerminkan kinerja serta tanggung jawab dari setiap
perusahaan terhadap lingkungan. Adanya peringkat warna tersebut,
diharapkan masyarakat dapat lebih mudah dalam menilai kinerja suatu
perusahaan. Peringkat kinerja PROPER dikelompokkan dalam lima
tingkatan warna, yaitu: emas, hijau, biru, merah, dan hitam.

Profitabilitas

 


Profitabilitas merupakan kemampuan dari perusahaan dalam
memperoleh laba (Saidi, 2004). Tinggi rendahnya profitabilitas yang
diperoleh oleh perusahaan juga merupakan indikator dari kinerja
manajemen perusahaan. Semakin tinggi laba yang diperoleh perusahaan,
maka menunjukkan bahwa perusahaan telah menggunakan asetnya secara
efisien sehingga perusahaan tersebut memperoleh laba (Mardiyati dkk,
2012).
Profitabilitas suatu perusahaan sendiri penting untuk dianalisis
terutama bagi kreditor dan investor. Bagi kreditor, analisis atau informasi
mengenai profitabilitas digunakan sebagai gambaran dan prediksi
kemampuan perusahaan dalam membayar pinjaman serta bunga. Sedangkan
bagi investor, analisis atau informasi mengenai profitabilitas dapat
menggambarankan mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba. Semakin tinggi tingkat profitabilitas yang diperoleh perusahaan, maka
dapat menarik para investor untuk menanamkan dananya, sebaliknya tingkat
profitabilitas yang rendah akan menyebabkan para investor menarik
dananya

Teori Sinyal

 


Teori sinyal dikemukakan pertama kali oleh Spence (1973), yang
menyatakan bahwa dapat terjadi asimetri informasi antar kedua belah pihak,
hal tersebut terjadi apabila hanya salah satu pihak saja yang memberikan
informasi yang relevan. Apabila suatu perusahaan memiliki informasi yang
baik mengenai perusahaannya, hal tersebut dapat mendorong manajemen
perusahaan untuk menyampaikan atau mengungkapkan informasi tersebut
ke pihak eksternal yang diharapkan dapat meningkatkan harga saham
perusahaan. Teori sinyal membahas mengenai pentingnya perusahaan untuk
memberikan dan menyampaikan informasi perusahaan secara lengkap dan
jelas kepada pihak-pihak eksternal yang membutuhkan. Hal tersebut perlu
untuk dilakukan karena adanya kemungkinan asimetri informasi antara
manajemen perusahaan dengan pihak eksternal. Asimetri informasi tersebut
terjadi apabila perusahaan yang bersangkutan tidak memberikan dan
menyampaikan informasi yang lengkap dan memadahi kepada pihak
eksternal. Adanya asimetri informasi tersebut dapat mempengaruhi harga
saham dari perusahaan, hal tersebut dikarenakan pasar akan merespon
informasi yang ada mengenai suatu perusahaan sebagai sinyal, yang mana
hal tersebut akan berpengaruh terhadap nilai suatu perusahaan.
Untuk mengindari adanya asimetri informasi tersebut, maka
perusahaan harus memberikan informasi yang lengkap terhadap pihak
eksternal. Informasi yang disampaikan tersebut tidak hanya informasi
mengenai keuangan, melainkan juga informasi mengenai non keuangan

Teori Stakeholder

 


Teori stakeholder pertama kali dikemukakan oleh Freeman (1984).
Teori stakeholder menjelaskan bahwa perusahaan tidak hanya bertanggung
jawab atas kemakmuran dari para pemegang saham perusahannya saja,
melainkan juga harus memiliki tanggung jawab sosial terhadap semua pihak
yang terkena dampak dari kebijakan strategik perusahaan. Pihak-pihak yang
terkena dampak dari kebijakan strategik perusahaan ialah pemegang saham,
pemasok, pelanggan, pemerintah, masyarakat lokal, investor, dan karyawan.

Resource Based View

 


Teori Resource Based View (RBV) dipelopori pertama kali oleh
Wernerfelt (1984). Teori RBV memandang bahwa sumber daya dan
kemampuan perusahaan penting bagi perusahaan, karena merupakan pokok
atau dasar dari kemampuan daya saing serta kinerja perusahaan. Asumsi
dari teori RBV yaitu mengenai bagaimana suatu perusahaan dapat bersaing
dengan perusahaan lain, dengan mengelola sumber daya yang dimiliki
perusahaan yang bersangkutan sesuai dengan kemampuan perusahaan dalam
mencapai keunggulan kompetitif perusahaan.
Suatu perusahaan yang mampu memanfaatkan sumber daya yang
dimilikinya dengan baik, sehingga dapat menciptakan sesuatu yang menjadi
kelebihan dari perusahaan tersebut dibandingkan dengan perusahaan lainnya.
Keunggulan tersebut dapat berupa profitabilitas perusahaan yang baik serta
kirneja lingkungan perusahaan yang baik. Beberapa keunggulan yang
dimiliki perusahaan tersebut dapat membantu perusahaan dalam bersaing
dengan perusahaan lain. Adanya keunggulan-keunggulan yang dimiliki
perusahaan serta keberhasilan dalam bersaing dengan perusahaan lain akan
meningkatkan nilai perusahaan suatu perusahaan.
Dalam penelitian ini, nilai perusahaan diartikan sebagai nilai pasar.
Nilai perusahaan suatu perusahaan tercermin dari harga saham perusahaan
tersebut. Semakin tinggi harga saham, menunjukkan semakin tinggi
pula kemakmuran dari para pemegang saham perusahaan.
Tujuan utama dari didirikan suatu perusahaan adalah untuk
meningkatkan nilai perusahaannya melalui peningkatan kemakmuran dari
para pemegang saham. Dalam meningkatkan nilai perusahaan, perusahaan
tidak hanya memperhatikan ekuitas saja, melainkan juga memperhatikan
sumber keuangan seperti hutang maupun saham preferennya. Nilai
perusahaan bagi investor sangatlah penting karena nilai perusahaan
digunakan sebagai indikator untuk menilai secara keseluruhan suatu
perusahaan (Nurlela dan Islahuddin, 2008)

Aspek-Aspek Psikologis

 


Menurut Kartono (1996) proses kehidupan psikis
manusia selalu diikuti oleh ketiga aspek psikologis yaitu
aspek kognitif, aspek emosional atau perasaan dan
aspek kemauan atau hubungan interpersonal. Aspek
kognitif berkaitan dengan persepsi, ingatan, belajar,
berpikir dan problem solving dan aspek afektif berkaitan
dengan emosi atau perasaan dan motif. Sedangkan
aspek konatif berkaitan dengan perilaku seseorang yang
meliputi hubungan interpersonal dan intrapersonal
(Walgito, 2010).
a. Kognitif
Dalam kehidupan manusia, proses kognitif
sangat berperan dalam pengambilan keputusan bagi
setiap individu, sejalan dengan proses kognitif
menjadi dasar akan timbulnya prasangka. Apabila
seseorang atau suatu kelompok mempersepsikan
orang lain atau kelompok lain dan memasukkan apa
yang dipersepsinya itu merupakan keadaan kategori
tertentu (Kartono, 1996).
1) Prasangka, merupakan evaluasi seseorang atau
kelompok yang mendasarkan diri pada
lingkungan agar nantinya diterima dilingkungan
kelompoknya. Prasangka mengarah pada evaluasi
yang negatif, walaupun dalam stereotype
merupakan hal yang dapat bersifat positif
disamping dapat negatif.
2) Belajar sosial, merupakan salah satu teori dalam
hal belajar, dalam setiap pembelajaran yang
dilakukan yang perlu diperhatikan setiap
pembelajaran itu terjadi melalui model atau
contoh. Seperti halnya sikap, merupakan hal
yang terbentuk melalui proses belajar.
3) Motivasi, memandang prasangka sebagai suatu
yang dapat memenuhi kebutuhan seseorang atau
kelompok untuk mencapai kesejahteraan.
4) Pengamatan, hasil perbuatan jiwa secara aktif
dan penuh perhatian untuk menyadari adanya
perangsang. Dalam pengamatan dengan sadar
orang dapat memisahkan unsur-unsur dari suatu
objek.
5) Ingatan, merupakan kemampuan jiwa untuk
memasukkan (learning), menyimpan (retention)
dan menimbulkan kembali (remembering), halhal yang lampau.
b. Emosi
Crow dan Crow dalam (Sobur, 2003)
mengartikan emosi sebagai suatu keadaan yang
bergejolak pada diri individu yang berfungsi sebagai
inner adjustment (penyesuaian dari dalam)
terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan
dan keselamatan individu.
Menurut Hude (2006) emosi adalah suatu gejala
psikofisiologis yang menimbulkan efek pada
persepsi, sikap, dan tingkah laku. Emosi pada
prinsipnya menggambarkan perasaan manusia
menghadapi berbagai situasi yang berbeda. Emosi
juga merupakan reaksi manusiawi terhadap
berbagai situasi nyata maka sebenarnya tidak ada
emosi baik atau emosi buruk. Emosi memberi warna
dalam kehidupan manusia. Pengalaman emosional
juga dapat menjadi motivator penting perilaku.
Menurut Coleman dan Hammen dalam (Hude,
2006) ada empat fungsi emosi dalam kehidupan
manusia, yaitu:
1) Emosi sebagai pembangkit energi (energizer),
Emosi membangkitkan dan memobilisasi energi
seseorang, marah menggerakan seseorang untuk
menyerang, takut menggerakan kita untuk berlari
dan cinta mendorong seseorang untuk mendekat
dan bermesraan.
2) Emosi sebagai pembawaan informasi, Bagaimana
keadaan diri seseorang dapat diketahui dari
emosi kita. Jika marah, seseorang mengetahui
bahwa dihambat atau diserang orang lain, sedih
berarti kehilangan sesuatu yang di senangi,
bahagia berarti memperoleh sesuatu yang kita
senangi.
3) Emosi sebagai komunikasi, berfungsi sebagai
komunikasi intrapersonal dan interpersonal
sekaligus.
4) Emosi sebagai sumber informasi keberhasilan
seseorang, mendambakan kesehatan dan
mengetahuinya ketika kita merasa sehat walafiat,
mencari keindahan dan mengetahui bahwa
memperolehnya ketika merasakan kenikmatan
estetis dalam diri.
Kualitas emosi atau perasaan itu bergantung
pada tiga faktor (Kartono, 2003), yaitu:
1) Kondisi fisik, oleh suatu penyakit, jadi terlalu
emosi, peristiwa yang menyakitkan. Seperti
kehilangan, kematian.
2) Pembawaan, ada orang yang sangat perasa, dan
ada juga yang tebal muka (tidak sensitif).
3) Tergantung pada suasana hati.
c. Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal adalah hubungan yang
terdiri atas dua atau lebih orang yang memiliki pola
interaksi yang konsisten (Lestari, 2010). Sears
dalam menyebutkan bahwa hubungan interpersonal
adalah bila dua orang individu menjalin hubungan,
kehidupan individu akan terjalin dengan orang lain,
apa yang dilakukan oleh yang satu akan
mempengaruhi yang lain (dalam Lestari, 2010)
Proses pemenuhan kebutuhannya, manusia
membentuk hubungan dengan orang lain. Adapun
kebutuhan yang dimiliki oleh manusia seperti:
kebutuhan fisiologis (makan, minum), kebutuhan
rasa aman dan perlindungan, kebutuhan kasih
sayang, kebutuhan penghargan dari orang lain.
Kebutuhan itu mempengaruhi hubungan, karena
kebutuhan kita tidak lepas dari orang lain, karena
kodrat kita sebagai makhluk sosial di mana pola
interaksi social (Sobur, 2003)

Pengertian Dinamika Psikologis

 


Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
mendefinisikan dinamika ialah gerak dari dalam; tenaga
yang menggerakan; semangat (KBBI, 2005). Dinamika
merupakan gerak atau kekuatan yang dimiliki
sekumpulan orang secara terus menerus yang
menimbulkan perubahan tata hidup masyarakat yang
bersangkutan. Dalam ilmu filsafat dinamika berasal dari
kata Yunani yang berarti “dapat mampu” atau “jadi
kuat”. Dari kata ini dibentuk kata dinamis yang artinya
“Kemampuan” dan “kekuatan”, dinamika berarti
pergerakan dari yang tidak berarti menjadi berarti
sebagaimana manusia, dinamika atau dinamika manusia
yaitu tidak pernah berhenti dan selalu dalam keaktifan
(Drijarkara, 2013).
Sedangkan menurut Zulkarnain (2013) dinamika
adalah sesuatu hal yang mempunyai tenaga atau
kekuatan, selalu bergerak, berkembang serta
menyesuaikan diri terhadap keadaan tertentu. Hurclok
(1994) menjelaskan dinamika adalah suatu tenaga
kekuatan, selalu bergerak, berkembang dan dapat
menyesuaikan diri secara memadai terhadap keadaan
yang terjadi dan merupakan suatu faktor yang berkaitan
dengan pematangan dan faktor belajar, pematangan
merupakan suatu kemampuan untuk memahami makna
yang sebelumnya yang tidak mengerti terhadap objek
kejadian. Melalui uraian di atas dapat dipahami bahwa
dinamika merupakan tenaga kekuatan yang selalu
berkembang dan berubah. Bagi sesorang yang
mengalami dinamika maka mereka harus siap dengan
keadaan apapun yang terjadi.
Sedangkan psikologis berasal bahasa Yunani
terdiri dari kata Psyche atau psikis yang artinya jiwa dan
logos yang berarti ilmu, jadi secara harfiah, psikologi
berarti ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang
ilmu-ilmu kejiwaan (Sarwono, 2014). Namun karena
jiwa itu abstrak dan tidak dapat dikaji secara empiris,
maka kajiannya bergeser pada gejala-gejala jiwa atau
tingkah laku manusia, oleh karena itu yang dikaji adalah
gejala jiwa atau tingkah laku. Menurut Walgito (2010)
psikologis merupakan ilmu tentang perilaku atau
aktivitas-aktivitas individu. Perilaku atau aktivitasaktivitas tersebut berupa perilaku yang tampak dan
perilaku yang tidak tampak demikian juga dengan
aktivitas yaitu aktivitas-aktivitas motorik dan juga
aktivitas-aktivitas emosional.
Menurut Nursalim & Purwoko (2009), dinamika
psikologis adalah proses dan suasana kejiwaan internal
individu dalam menghadapi dan mensolusi konflik yang
dicerminkan oleh pandangan atau persepsi, sikap dan
emosi, serta perilakunya.
Sedangkan Menurut Refia dan Purwoko (2014)
dinamika psikologis adalah proses yang terjadi dalam
kejiwaan individu ketika menghadapi dan menyelesaikan
konflik, mencakup persepsi, sikap dan perilaku.
Ada beberapa komponen dalam diri manusia
yang mempengaruhi dan membentuk perilaku dalam
kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan dinamika
psikologis, yaitu:
a. Komponen Kognitif, komponen perseptual yang
berkaitan dengan pengetahuan, pandangan dan
keyakinan.
b. Komponen Afektif, komponen emosional yang
berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang
terhadap objek perilaku.
c. Komponen Konatif, komponen perilaku (action
component) yaitu komponen yang berhubungan
dengan kecenderungan bertindak terhadap objek.
Ketiga komponen di atas selalu berlangsung
bersama-sama dan runtut. Ketiga fungsi kognisi, emosi
dan konasi itu bisa berlangsung lancar dan harmonis,
namun tak jarang disertai banyak konflik seperti konflik
diantara pikiran, perasaan dan kemauan yang saling
berbenturan atau berlawanan (Kartono, 1996).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa definisi dinamika psikologis adalah
gambaran perubahan kondisi psikologis seseorang
sebelum dan sesudah yang dilihat dari tingkah lakunya.
Manusia berperilaku selalu mengalami aspek-aspek
psikologis yaitu kognitif, emosi dan sosial. Sebab
kepribadian manusia berdasarkan pada yang telah
dipikirkan, dirasakan dan diperbuat oleh manusia.